Faktual dan Berintegritas

ilustrasi 

AWAL November 2025, Indonesia dihebohkan oleh raibnya seorang anak balita yang tengah bermain di Taman Pakui Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Terakhir diketahui, anak bernama Bilqis itu diculik oleh seseorang, kemudian dijual kepada orang lain.

Tidak tanggung-tanggung, Bilqis terakhir diketahui dijual kepada warga Suku Anak Dalam (SAD) di Kawasan Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Bayangkan, ada ribuan kilometer jarak antara Makassar dengan Jambi. Dari Makassar naik kapal dulu ke Surabaya, lantas naik bus ke Jakarta. Dari Jakarta naik bus lagi ke Jambi dengan menyeberangi Selat Sunda menggunakan kapal.

Untuk orang dewasa, perjalanan sejauh itu pasti sangat melelahkan, tapi mungkin tidak bagi penculik. Sebab, sepanjang perjalanan ia pasti membayangkan uang yang akan diperoleh dari aksinya tersebut.

Agaknya sebagian masyarakat Indonesia sudah mengetahui alur cerita penculikan gadis kecil bernama Bilqis tersebut. Sebab, peristiwa itu telah viral ke mana-mana hingga luar negeri.

Sekarang balita Bilqis telah kembali ke pangkuan keluarganya berkat kerja keras aparat Kepolisian dari Makassar yang bekerja sama dengan polisi di Provinsi Jambi. Meski demikian, cerita tentang penculikan tidak akan pernah habis. Bagi masyarakat yang memiliki anak balita tentu peristiwa ini bisa dijadikan pelajaran sangat penting.

Ya, apa yang terjadi di Makassar itu patut dijadikan pelajaran teramat penting. Setidaknya, hal itu harus membuat para orang tua lebih ekstra hati-hati menjaga anak-anaknya. Sedikit lengah, bisa berujung duka dan air mata.

Ingat, bermain adalah alamnya anak-anak dan balita, apalagi jika di taman. Selain sebagai arena kebebasan, bermain di taman juga sebagai wadah bagi anak mengenali alam sekitar. Karena itu, bagaimana pun anak-anak dan balita jika sudah di taman pasti akan meluapkan kegembiraan dengan berbagai ekspresi, mulai dari berteriak, melompat hingga berlari-lari.

Di sinilah diperlukan pengawasan ekstra dari orang tua. Jangan biarkan sang anak bermain sendiri, apalagi sampai jauh. Kawal ia sambil mengenalkan lingkungan.

Bukan cuma di taman. Di rumah pun balita harus diawasi dengan seksama. Betapa banyaknya peristiwa penculikan selama ini berawal dari anak yang sendirian di rumah.

Semua itu demi keamanan dan keselamatan sang buah hati. Ingat kejahatan itu bukan hanya terjadi karena niat, tetapi juga lantaran adanya kesempatan bagi pelaku. Agar niat dan kesempatan bagi orang jahat tertutup, maka jangan jauh-jauh dari anak. Selalulah berada bersama mereka. Semoga apa yang terjadi di Makassar dan kasus-kasus penculikan selama ini, tidak menimpa keluarga kita. Semoga! (Sawir Pribadi)
 
Top