JAKARTA -- Ketekunan dan semangat pantang menyerah membawa Ariawan, Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), meraih gelar Doktor Administrasi Publik dari Universitas Prof. Dr. Moestopo. Dalam sidang terbuka yang digelar di kampus universitas tersebut pada Sabtu (18/10), Ariawan, yang juga duduk sebagai Dewan Pengawas Antara itu, resmi menyandang gelar akademik tertinggi dengan predikat cumlaude.
Dalam disertasinya yang berjudul “Implementasi Kebijakan Digitalisasi Informasi: Studi Efektivitas Sistem Aplikasi SRIKANDI di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia”, Ariawan meneliti efektivitas penerapan sistem digitalisasi arsip pemerintahan di lingkungan DPR RI.
“Gelar doktor ini menjadi bukti bahwa anak petani yang memiliki semangat belajar tidak akan kalah oleh keterbatasan. Pendidikan tinggi bukan milik mereka yang kaya, tetapi bagi siapa pun yang mau berjuang,” ujar Ariawan dengan mata berbinar usai sidang promosi doktor.
Keberhasilan Ariawan bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menjadi catatan sejarah di lingkungan pers nasional. Ia menjadi Ketua KWP pertama yang bergelar Doktor, setelah dua periode memimpin organisasi para jurnalis Parlemen tersebut.
Menariknya, hasil pemeriksaan turnitin terhadap disertasinya hanya menunjukkan 2 persen tingkat kesamaan, jauh di bawah batas maksimal 25 persen. Hasil itu menunjukkan orisinalitas dan keseriusan riset yang dijalankannya.
Ariawan berharap pencapaian ini bisa memantik semangat para wartawan untuk terus belajar di tengah padatnya rutinitas liputan. “Saya ingin membuktikan bahwa profesi jurnalis juga bisa menjadi akademisi. Belajar itu tidak mengenal usia dan waktu. Semoga gelar ini memotivasi teman-teman wartawan agar tidak berhenti menimba ilmu,” ucapnya.
Miliki Kontribusi Praktis
Sementara itu, Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Prof. Dr. Syaifullah, memberikan apresiasi tinggi atas disertasi yang dihasilkan Ariawan. Ia menilai riset tersebut memiliki kontribusi praktis terhadap pengembangan sistem kearsipan digital di lembaga negara.
“Penelitian Dr. Ariawan sangat relevan dengan kebutuhan birokrasi modern. Kami berharap temuan-temuannya dapat memperkuat tata kelola informasi publik di DPR,” kata Syaifullah.
Rektor Syaifullah juga menegaskan pentingnya motivasi dalam menempuh pendidikan tinggi, bukan semata kemampuan ekonomi.
“Saya sepakat dengan Dr. Ariawan, bahwa pendidikan bukan soal uang, melainkan soal tekad. Banyak yang punya kemampuan finansial, tapi tak semua punya motivasi kuat untuk menyelesaikan studi hingga tuntas,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah telah membuka banyak akses bagi masyarakat untuk menempuh pendidikan tinggi melalui program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk jenjang S1 dan Beasiswa Unggulan bagi S2 dan S3.
“Harapan kami, semangat seperti yang ditunjukkan Dr. Ariawan bisa menular ke masyarakat luas, agar lebih banyak generasi muda berani mengejar pendidikan tinggi, tanpa takut pada keterbatasan ekonomi,” tambahnya.
Dengan gelar doktor yang kini disandangnya, Ariawan menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam dunia jurnalistik dan pengembangan kebijakan publik, sembari membuktikan bahwa anak petani pun bisa menjadi inspirasi nasional. (ry)