Faktual dan Berintegritas

 



BATUSANGKAR -- Tidak lengkap berkunjung ke Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, SumateraBarat, jika belum menikmati kuliner khas setempat. Namanya lamang tapai Limo Kaum.

Di Pasar Batusangkar, tidak banyak orang jualan lamang tapai. Hanya ada beberapa orang saja memanfaatkan lorong toko-toko sepatu.

Beberapa penjual lamang tapai tersebut dengan sabar menunggu pembeli. Uniknya, rata-rata pengunjung pasar yang berhenti di depannya bisa dipastikan membeli.

Di antara penjual lamang tapai, terdapat seorang nenek. Umurnya sudah lebih 80 tahun. Ia lebih suka menyebut dirinya 'ibu', tapi banyak pengunjung memanggilnya Amai atau Amak.

Amai sudah ikut jualan lamang tapai sejak sekolah di SMA 1 Batusangkar tahun 1966. Waktu itu ibunya yang berjualan.

Wanita itu dengan cekatan melayani pesanan pembeli. Mulai dari memotong-motong lamang sampai manyanduak tapai pulut hitam.

"Saya jualan lamang tapai melanjutkan usaha orang tua," katanya seraya kembali menyebutkan ibunya dulu yang jualan di tempat itu.

Amai melanjutkan ceritanya, ia jualan lamang tapai sebagai perintang waktu. Daripada duduk-duduk saja di rumah.

Sebenarnya anak-anak Amai keberatan, di usia sekarang masih berjualan di pasar. "Tapi kalau duduk-duduk saja di rumah ndak enak juga," katanya Sabtu (13/4).

Sama dengan penjual lamang tapai lainnya, Amai menjual lamang yang sudah dipotong-potong. Satu potong besar dijual Rp 50 ribu. Sedangkan tapai dijual memakai takaran gelas kecil. Tiga takaran harganya Rp 25 ribu. (sp)

 
Top