Faktual dan Berintegritas


SELAMAT datang dunsanak dan handai tolan dari rantau.  Selamat kembali di tanah Bundokanduang. Tanah yang rancak dan penuh kekeluargaan.

Selama ini para dunsanak hanya menyaksikan ranah ini melalui tayangan-tayangan televisi dan media sosial, maka hari ini semua akan terlihat nyata. Dunsanak semuanya bisa melihat dan bahkan ikut merasakan bahwa ranah bundo ini sedang menangis.

Begitu banyak parasaian yang sedang ditanggungkan oleh orang-orang di kampung kita. Lihatlah Kabupaten Pesisir Selatan yang centang parenang oleh musibah banjir dan longsor. Bahkan hingga sekarang masih banyak di antara rumah dunsanak kita yang belum bisa ditempati secara maksimal. Lunau yang mengeras di dalam rumah belum tuntas dibersihkan.  Apalagi rumah-rumah yang telah rata dengan tanah belum bisa dibangun kembali.

Di Kabupaten Tanah Datar dan Agam, khususnya yang bermukim di sekitar Gunung Marapi, mereka tak bisa menikmati hari rayo secara maksimal. Ribuan hektar lahan pertanian yang menjadi urat nadi perekonomian mereka tak bisa dipanen. Tanaman palawija yang harusnya bisa dipanen menjelang hari raya ini, justru tak bisa dijadikan uang. Semua bertungkus abu muntahan Gunung Marapi.

Marapi yang selama ini tagak manjago Ranah Minang, hingga sekarang masih tinggi tensi. Gunung itu sering memuntahkan abu vulkanik ke udara, lalu menutupi tanaman dunsanak kita di sejumlah nagari. Bukan itu saja, terkadang kelakuan Marapi sampai ‘menutup’ Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di daerah Katapiang, Padang Pariaman yang jaraknya hamper seratus kilometer dari Gunung Marapi. Akibatnya ada di antara dunsanak yang terganggu kepulangan ke kampung halaman.

Ranah ini sedang menangis, karena ancaman-ancaman bencana masih terjadi. Kemarin terjadi banjir lahar dingin pada sejumlah nagari di kawasan kaki Gunung Marapi. Musibah baru bagi masyarakat yang terjadi saat masyarakat menanti waktu berbuka puasa. Ada ratusan jiwa yang harus mengungsi oleh bencana ini. Semakin terpuruk dunsanak kita, belum selesai tanaman yang gagal panen, kini lahan dan rumah mereka dihantam galodo lahar dingin Marapi.

Sebelumnya longsor terjadi pula di daerah Surian, Kabupaten Solok.  Jalan nasional yang menghubungkan Lubuk Selasih dengan Solok Selatan hingga Kerinci, tak bisa dilewati beberapa waktu, lantaran tertimbun oleh material longsor.

Perlu diketahui, ancaman-ancaman longsor dan banjir itu, diperkirakan akan tetap terjadi. Karena itu, dunsanak yang nantinya mau berhari raya ke rumah famili dan karib kerabat lainnya sebaiknya berhati-hati. Bukan saja adanya ancaman longsor dan banjir, tetapi juga ancaman macet.

Jangan heran, dan tak perlu pula heran, karena memang ranah ini selalu saja macet setiap lebaran, terutama jalan-jalan ke arah destinasi wisata. Jangankan lebaran, di akhir-akhir minggu saja ada ruas jalan yang menjadi langganan macet.

Oleh karena itu, pihak-pihak terkait sudah menyiapkan rekayasa lalu lintas dengan jalur satu arah (one way). Baca rambu-rambu dan ikuti arahan petugasnya. Istilah one way atau jalur searah yang selama ini biasa sanak dengar dan nikmati di tanah rantau, sekarang ikut dirasakan di kampung sendiri. Hebat kan, kampung kita?


Ada yang perlu dunsanak pahami, pemberlakuan jalur satu arah di sini tidak akan sama dengan di jalan tol dan non tol di Jabodetabek. Jika di rantau satu arah, memang benar-benar satu arah, tapi pemberlakuan satu arah situasional di ranah ini akan tetap bertemu kendaraan yang melawan arah. Maka harus berhati-hati dalam berkendara.

Selamat datang dunsanak perantau. Inilah Ranah Minang yang ditinggalkan berapa tahun lalu, bahkan ada yang sudah belasan hingga puluhan tahun. Secara umum, kondisinya tidak jauh beda bukan?  Danau Singkarak, Maninjau dan Danau Kembar masih seperti itu juga. Bahkan, Kota Padang pun tidak berubah.

Tidak ada jalan tol di sini, maka kartu tol dunsanak bisa disimpan saja dulu. Jangankan jalan tol, jalan layang saja Kota Padang tidak punya.

Selamat datag dunsanak perantau, ranah ini butuh pikiran atau gagasan agar ketika pulang tahun-tahun yang akan datang bisa berobah corak. Untuk itu, sebelum balik ke rantau nantinya, tinggalkan jugalah pemikiran yang bernas, dan jangan tinggalkan hal yang kurang baik.

Oh ya, satu hal lagi, sekiranya nanti di tempat-tempat tertentu ada hal yang tidak sesuai ekspektasi dunsanak, tolong saja dimaklumi. Umpamanya bertemu tarif parkir seenak lutut juru parkir, parkir tanpa karcis atau mungkin juga harga makanan dan minuman yang di luar nalar. Jika hal seperti itu bertemu, maka mari kita sama-sama bersedih. Tapi, mudah-mudahan saja itu tidak ditemukan, ya ndak? (Sawir Pribadi)

 
Top