Faktual dan Berintegritas



PADANG, SWAPENA -- Sudah berbulan-bulan jalur Padang-Solok via Sitinjau Lawik menjadi jalur horor. Hal itu disebabkan adanya satu titik yang selalu saja longsor. Bahkan, tanpa turun hujan pun material longsor tetap turun.

Masyarakat pengguna jalan harus berpikir berkali-kali untuk lewat jalur utama Padang-Solok tersebut. Bagi yang tidak terlalu pentingan, lebih memilik jalur alternatif, sekalipun dengan jarak dan cost mencapai 3 kali lipat dibanding via Sitinjau Lawik.

Seorang pengguna jalan bernama Subandi melalui akun media sosialnya, Minggu (4/9)  mengaku ngeri-ngeri sedap lewat Sitinjau Lawik. Sebab longsor dan macet selalu saja terjadi. L

Namun karena ia memang keburu waktu untuk ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM), maka rasa ngeri ia tahan dengan berucap doa selamat.

Laki-laki itu pun berencana balik ke rumahnya di Sawahlunto tidak lagi lewat Sitinjau Lawik. Soal jarak dan cost yang mencapai tiga atau empat kali lipat tidak ada harganya dibanding keselamatan.

Yang sama juga diutarakan pengguna jalan lain mengaku bernama Ihsan. Ia menyebutkan  ada urusan penting ke Nagari Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok yang jaraknya sekitar 40 Km dari Padang. Tapi untuk balik ke Padang, lantaran hujan ia memilik lewat Singkarak-Padang Panjang. "Ia ngeri kita di Sitinjau itu," ujar dia.

Terkait itu, para pengguna jalan berharap pemerintah mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa dan harta lantaran longsor terjadi setiap saat. Apalagi saat ini musim penghujan, sangat mengancam jiwa. (sp)

 
Top