Faktual dan Berintegritas


SUDAH hampir dua bulan terjadi horor di tanjakan Sitinjau Lauik, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang. Horor disebabkan adanya titik longsor di Puncak Tunggua namanya.

Sekarang musim penghujan, suasana horor makin terasa. Kalau tidak terlalu penting, orang tidak mau lewat di jalur Sitinjau Lauik sekarang. Yang mau ke Solok dari Padang atau sebaliknya, biarlah ke Padang Panjang dulu dengan risiko penambahan jarak sekitar 3 kali lebih jauh, daripada berkorban jiwa ditimbun material longsor.

Memang, longsor selalu saja terjadi di kawasan itu. Apalagi tiba hujan deras, maka risiko longsor tidak hanya pada titik Puncak Tunggua itu, tetapi banyak. Tak percaya, cobalah tempuh jalan itu sekarang, akan terlihat sejumlah titik bekas longsor.

Sejak lama, masyarakat, terutama pengguna jalan berharap adanya solusi di Sitinjau Lauik. Harapan itu pun dijawab oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, katanya  akan dibangun fly over (jembatan layang) di jalur ekstrem itu. Namun apa daya, ketika diajukan ke pemerintah pusat, dijawabnya belum bisa. Sebagai gantinya, akan dilakukan pelebaran jalan di jalur Sitinjau Lauik tersebut.

Tentu saja, ini hal yang sangat mengagetkan. Sebab, jalan di Sitinjau itu sudah lebar dan agaknya tidak butuh lagi pelebaran. Lagian yang jadi masalah di sana bukanlah kemacetan akibat ukuran jalan. Yang jadi masalah adalah rawan longsor.

Sekali lagi, jalur Sitinjau Lauik itu rawan longsor, bukan sempit. Karena itu, yang dibutuhkan adalah pengamanan agar tidak jatuh korban jiwa akibat longsor. Atau memang pemerintah menunggu adanya korban longsor terlebih dulu?

Ingat, jalur Sitinjau Lauik adalah jalur utama Kota Padang dengan kabupaten/kota di kawasan Timur seperti Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya. Bahkan, jalur itu sebagai  jarak terdekat dengan provinsi-provinsi lain mulai dari Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, sebagian Riau Lampung, hingga provinsi-provinsi di Pulau jawa. Melalui jalur inilah bahan bakar minyak (BBM) dipasok dari Bungus Teluk Kabung. Jika beberapa jam saja truk tangki BBM terlantar di Sitinjau Lauik akibat longsor, bayangkan berapa banyak SPBU hingga Muara Bungo yang kekeringan?

Karenanya, fly over atau adalah salah satu solusi jitu di Sitinjau Lauik. Pemprov Sumbar bersama wakil rakyat, terutama yang berada di pusat selayaknya berupaya kuat meyakinkan pemerintah pusat, mulai dari Kementerian PUPR, Kemenko Maritim hingga Presiden agar mau membangun fly over di Sitinjau Lauik.

Selain mengindari bahaya longsor dan kemacetan, fly over sekaligus bisa berfungsi sebagai daya tarik wisatawan sebagaimana Fly Over Kelok Sembilan. Sebab, sesuai namanya, dari Sitinjau Lauik, bebas memandang ke laut lepas, Samudera Hindia. Dari sanalah bisa dilihat Kota Padang secara utuh.

Semoga saja pemerintah benar-benar objektif melihat Sitinjau Lauik dan kebutuhannya sekarang. Untuk itu memang diperlukan kegigihan pihak terkait ke pemerintah pusat. Sekali lagi kegigihan meyakinkan pemerintah pusat.  (Sawir Pribadi)

 
Top