Faktual dan Berintegritas


KABAR gembira di tengah melonjak tingginya harga minyak goreng. Pemerintah akan 'menyiram' masyarakat dengan minyak goreng murah. Tidak tanggung-tanggung, ada 1,2 miliar liter minyak goreng akan disebar kepada masyarakat.

 

Angka 1,2 miliar liter tentu bukanlah angka yang kecil. Setidaknya, jika dibagi rata kepada penduduk Indonesia yang 270 juta lebih, maka tiap jiwa akan kebagian sekitar 4 liter minyak goreng. Seumpama di dalam satu keluarga ada empat orang, maka 16 liter menjadi 'jatah' keluarga bersangkutan.

 

Artinya, langkah yang diambil pemerintah dengan menjual minyak goreng murah seharga Rp14.000/liter tentulah sangat membantu masyarakat yang masih terdampak pandemi Covid-19. Kondisi demikian diperparah pula dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok.

 

Di balik itu semua, muncul kekhawatiran kita akan adanya 'permainan' oknum tertentu sehingga minyak goreng murah 1,2 miliar liter itu tidak sampai ke sasarannya. Bisa saja ada pihak lain yang memanfaatkan kesempatan dengan 'memborong' minyak goreng dimaksud, lalu dijual lagi kepada masyarakat.

 

Sekilas memang tidak akan mungkin hal demikian terjadi, tapi dengan kondisi sekarang apa yang tidak mungkin? Untuk vaksin saja, sekarang muncul joki atau orang-orang yang mencari keuntungan. Padahal awalnya kebanyakan masyarakat merasa ketakutan untuk disuntik vaksin.

 

Terkait itu, adalah sangat tepat sebelum minyak goreng yang 1,2 miliar liter itu diguyurkan ke masyarakat melalui operasi pasar, sebaiknya siapkan pengawasan secara ketat. Sejurus dengan itu, tentulah pola operasi pasarnya harus jitu dan terhindar dari kebocoran.

 

Tujuan dari penerapan teknis dengan nol kebocoran dimaksudkan agar minyak goreng dimaksud tidak salah sasaran. Jadikan sasaran yang dituju adalah masyarakat atau rumah tangga menengah ke bawah misalnya. Jangan ada kalangan orang kaya yang mendapat minyak goreng murah tersebut dan jangan pula jatuh kepada pedagang. Ingat, anggaran yang disediakan pemerintah untuk ini tidaklah sedikit, yakni mencapai Rp3,6 triliun.

 

Mudah-mudahan saja, langkah operasi pasar minyak goreng nantinya benar-benar bisa meringankan beban ekonomi masyarakat yang tengah dikepung oleh mahalnya harga kebutuhan pokok. Semoga! (Sawir Pribadi)


*Tulisan ini sudah disiarkan di Harian Singgalang

 
Top