Faktual dan Berintegritas



PASBAR, SWAPENA -- “Pincalang biduak rang Tiku, badayuang sambia manungkuik, Basilang kayu dalam tungku, baitu api mangkonyo iduik. Bulek aia dek pambuluah. Bulek kato dek mufakat. Bulek samo digolongkan. Pipih samo dilayangkan”.

Begitu ungkapan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy mengutip pepatah Minang pada Upacara Batagak Pangulu Andiko Ampek Koto Kinali, Dt. Sutan Bando Rajo di Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, Kamis (5/1/21).

Pada kesempatan berjumpa dengan tokoh-tokoh adat maupun alim ulama dan cadiak pandai tersebut, Audy mengajak semua pihak untuk semakin bersinergi membangun daerah. Menurutnya sinergitas tungku tigo sajarangan ditambah bundo kanduang dan generasi muda merupakan kunci dalam menggali potensi di nagari.

"Saya yakin setiap Nagari memiliki potensi masing-masing yang bisa dikembangkan kedepan, tinggal bagaimana kita secara bersama-sama mengolah dan memanfaatkan menjadi nilai tambah untuk kemajuan Nagari," ujar Audy.

Ia menjelaskan, datuak mempunyai tanggung jawab yang besar. Datuak wajib hukumnya mengetahui dan mengerti serta memahami nilai-nilai adat. Layaknya ulama yang juga harus paham akan nilai-nilai agama.

"Maka dari itu, momentum malewakan panghulu pada hari ini kita maknai secara mendalam bagaimana peran penting seorang panghulu yang diberi gelar Datuak. Sebagaimana kita ketahui Datuak merupakan gelar adat tertinggi di Minangkabau", lanjutnya.

Terakhir Audy juga mengajak agar penghulu terus meningkatkan pendidikannya dan ilmu pengetahuannya dalam bidang kepemimpinan dan hukum adat, terutama sekali yang berkaitan tentang sako dan pusako sebagai Hal penting yang dirasa dewasa ini. Mengingat sako dan pusako terkadang tak terelakan menjadi akar konflik di masyarakat.

Menyikapi kondisi demikian, menurut Audy para tokoh masyarakat dituntut untuk kembali menyelami pengetahuan terkait hal tersebut.

"Semua fenomena itu tentu tidak akan terus menerus terjadi jika seluruh unsur lembaga-lembaga adat mulai dari Pemerintahan Nagari, KAN, LKAAM Kabupaten/Kota serta para pemangku adat kembali bertegas-tegas menyikapi perubahan sosial yang terjadi dengan menegakkan nilai-nilai adat. Karena itu semua komponen harus bersinergi dengan memegang teguh filosofi “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”, tutup Audy kembali menegaskan. (mc/kmf)

 
Top