PADANG -- Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, mengatakan, anak-anak yang hebat tidak bisa tumbuh tanpa keluarga yang kuat dan penuh cinta. Sebaliknya, keluarga tidak akan bermakna tanpa kehadiran anak-anak yang ceria, sehat, dan terlindungi.
Anak adalah investasi masa depan, sehingga mereka harus tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan penuh kasih sayang di dalam keluarga. Semua itu karena keluarga merupakan sekolah pertama dan utama bagi setiap anak, tempat di mana nilai, moral, dan karakternya dibentuk.
"Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, kita tidak hanya membutuhkan pembangunan fisik dan teknologi. Tetapi yang lebih penting adalah pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, yang dimulai dari rumah, dari keluarga, dan dari anak-anak," kata menteri dalam sambutan tertulis yang dibacakan Deputi KBKR Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Dr. Wahidin, dalam acara peringatan Hari Anak Nasional ke-41 dan Hari Keluarga Nasional ke-32 Sumbar, di lapangan istana gubernur Sumbar, Minggu (10/8).
Ia mengatakan, dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia, stunting masih menjadi permasalahan dan merupakan salah satu bagian dari double burden malnutrition (DBM) yang mempunyai dampak yang sangat merugikan. Baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi produktivitas ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 menunjukkan prevalensi stunting nasional turun menjadi 19,8 persen dari sebelumnya 21,5 persen. Sedangkan untuk Sumatera Barat (Sumbar) angka stunting 2024 adalah 24,9 persen dan sebelumnya 23,6 persen (naik 1,3 persen).
"Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi sejak tahun 1970-an telah menurunkan angka kelahiran (TFR) dari 5,6 menjadi 2,11 pada tahun 2024. Penurunan ini mengubah struktur penduduk Indonesia, yang kini didominasi oleh usia produktif," ungkap Wahidin yang juga didampingi oleh Ratna Susianawati,
Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sejak 2012 hingga 2035, Indonesia memasuki masa bonus demografi, dengan puncaknya pada 2020–2030, ditandai oleh dominasi usia produktif yang mencapai 70% dari total populasi. Bonus demografi ini adalah peluang besar untuk mendorong pembangunan menuju Indonesia Emas 2045, namun juga menyimpan tantangan serius.
Saat ini, mayoritas penduduk usia produktif masih bekerja di sektor informal (59,11% menurut BPS 2023), hanya 42% di sektor formal, dan pengangguran muda mencapai 20,31%. Bila tidak ditopang oleh perlindungan sosial, keterampilan, dan layanan dasar, bonus demografi bisa berubah menjadi krisis sosial dan fiskal jangka panjang.
"Di sisi lain, jumlah lansia terus meningkat dan diperkirakan mencapai 19,5% pada 2025 (Bappenas)," tuturnya.
Sementara Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar, Mardalena Wati Yulia mengatakan, melalui momentum peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 dan Hari Anak Nasional (HAN) ke-41 Tahun 2025, dengan tema " dari keluarga untuk indonesia maju yang mempunyai makna bahwa begitu besarnya peranan keluarga sebagai fondasi utama dlm pembangunan bangsa.
"Keluarga dapat menciptakan individu-individu yang berkualitas yang akan membangun indonesia lebih maju, untuk itu saya mengajak semua pihak untuk memperkuat ketahanan keluarga," tuturnya.
Ia berharap semua pihak untuk terus memberikan dukungan, kerjasama dan kolaborasi, bersama-sama meningkatkan kualitas pembangunan keluarga melalui Program Bangga Kencana dan Implementasi Quic Kwin
Kemendukbangga/BKKBN. Sehingga mendorong peningkatan kualitas SDM Indonesia, demi terwujudnya Generasi Emas 2045.
Sedangkan Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mengatakan, keluarga yang kuat akan menghasilkan anak yang kuat. Tak hanya secara fisik tapi juga secara mental.
"Jadi mari jadikan Harganas dan HAN sebagai momentum membuat keluarga menjadi pondasi utama pembangunan Indonesia," harapnya.
Sementara dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang, program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi berperan penting dalam menjaga capaian Total Fertility Rate (TFR) tetap ideal di angka 2,1.
Berdasarkan pemutakhiran pendataan keluarga tahun 2024 Kemendubangga/BKKBN, TFR Nasional tercatat 2,11, sementara di Sumbar sebesar 2,34. (*)