BARU saja dilantik, Presiden Prabowo Subianto langsung memperlihatkan nasionalisnya. Salah satunya adalah dengan memakai kendaraan dinas buatan dalam negeri. Ia menggunakan kendaraan Maung Garuda buatan PT Pindad.
Tak hanya sekadar omon-omon (mengutip bahasa Prabowo saat kampanye), tetapi memang langsung dibuktikan. Mobil buatan Pindad tak hanya dipakai di Jakarta, tetapi juga diboyong ke Magelang saat retreat kabinet minggu lalu. Dengan mobil itulah Presiden Prabowo dari Lanud Adisutjipto Jogjakarta ke Magelang.
Ini tentulah angin segar bagi industri otomotif di Indonesia. Setidaknya bagi PT Pindad. Beda dengan Esemka yang digadang-gadang 10 tahun silam untuk jadi kendaraan buatan putra putri Indonesia, hingga hari ini tidak jelas wujudnya.
Kita tentu sangat mendukung rencana Presiden Prabowo tersebut yang meminta para menteri dan wakil menteri serta kepala badan memakai kendaraan dinas buatan putra putri Indonesia tersebut. Betapa tidak, 79 tahun kemerdekaan Indonesia, belum ada pejabat menggunakan kendaraan dinas buatan dalam negeri, maka inilah jawabannya.
Kita percaya Prabowo akan mewujudkan mobil buatan Pindad menjadi mobil dinas anggota kabinetnya. Hanya saja tentu butuh waktu, karena harus diproduksi dalam jumlah banyak oleh Pindad.
Untuk diketahui, di Kabinet Merah Putih, terdapat 53 menteri dan pejabat setingkat menteri serta 56 wakil menteri dengan jumlah keseluruhan 109 orang.
Tentang kendaraan dinas, ada aturannya yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 172 /PMK.06/2020 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara. Dalam aturan itu, menteri dan pejabat setingkat menteri mendapat jatah maksimum dua unit mobil dinas dengan kualifikasi A. Sedangkan wakil menteri mendapat jatah satu unit mobil dinas dengan kualifikasi A. Dengan demikian, setidaknya 162 unit kendaraan buatan Pindad.
Jumlah sebanyak itu tentulah tidak terlalu sulit pagi Pindad memproduksinya. Hanya saja jika penggunaan produk dalam negeri ini diperluas hingga anggota DPR, kepala daerah serta pejabat lainnya, jelas butuh waktu lebih panjang lagi.
Persoalannya nanti tentulah faktor pendukung seperti ketersediaan sukucadang. Ketika kendaraan-kendaraan tersebut mengalami gangguan atau aus dalam pemakaian, jelas membutuhkan spare parts dan tenaga mekanik yang handal. Tidak bisa ditangani orang bengkel sembarangan.
Terlepas dari itu semua, sekali lagi kita bangga jika memang mobil buatan Pindad diproduksi secara massal. Artinya kita sudah maju selangkah lagi, setidaknya mengimbangi negara tetangga seperti Malaysia yang sudah jauh-jauh hari punya kendaraan dalam negerinya, yakni Proton.
Semoga saja mobil buatan Pindad benar-benar jadi mobil dinas bagi pejabat Indonesia. Semoga! (Sawir Pribadi)