Faktual dan Berintegritas


PADANG, SWAPENA -- Sampah merupakan masalah hampir di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Beragam upaya dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi debit penumpukan sampah limbah rumah tangga hingga industri daerah.

Di tengah pentingnya solusi mengatasi sampah, adalah Kelompok Usaha Budidaya Maggot _Black Soldier Fly_ (BSF), MinaGot Sumbar, kelompok usaha asal Kecamatan Kuranji Kota Padang yang berinisiatif secara gerilya untuk mengatasi permasalahan sampah di daerahnya. Kelompok usaha ini merupakan gerakan pengembangbiakan hingga penjualan dan pengemasan produk-produk maggot.

MinaGot Sumbar telah mengupayakan pengelolaan sampah organik tiga hingga empat tahun terakhir dengan menggunakan bibit maggot unggul, yaitu Maggot BSF. Maggot BSF adalah sejenis ulat kepompong yang dapat hidup subur dengan mengkomsumsi limbah Sampah Organik Dapur (SOD), sampah sayur-sayuran, hingga limbah sampah organik lainnya.

Disampaikan Resti Rahayu, Ketua Pengelola MinaGot Sumbar, maggot yang berkembang biak dari mengkomsumsi sampah nantinya dapat digunakan untuk pakan ikan, pakan ternak, maupun burung. Sementara sisa-sisa sampah yang tidak tidak termakan oleh maggot dapat diolah sebagai eco enzim. Beliau juga menambahkan bahwa  bududaya maggot ini dapat mengolah 150 kg sampah organik setiap hari jika sumber daya mencukupi. 

"Budidaya maggot berperan bak rantai makanan. Kami mengembangbiakkan ulatnya dengan mengkonsumsi sampah.  Ulat dewasa kemudian menjadi kepompong, kepompong menjadi kumbang, kumbang akan bertelur dan telurnya kembali diulatkan untuk menjadi mengurai sampah. Hasil ulat atau maggot diolah menjadi makanan ternak, ikan, dan lain-lain. Kami juga membuat pupuk dan enzim. Jadi semuanya dalam budidaya ini bisa bermanfaat. Sampah dikelola menjadi berkah, dan tidak ada hasil sampah tambahan," jelas Rahayu.

Resti Rahayu yang juga Dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas (FMIPA Unand) pun menambahkan, Maggot sangat berkualitas jika digunakan untuk pakan ikan, ternal, maupun burung. "Protein maggot lebih tinggi dari pelet biasa. Sudah teruji melalui penelitian, yaitu hingga 62%. Sedangkan pelet biasa hanya mengandung protein rata-rata 30%," sampainya kemudian.

Mengapresiasi gerakan lingkungan oleh MinaGot Sumbar, PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumbar berinisiatif berikan bantuan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) sebesar Rp.93.575.000,- (Sembilan Puluh Tiga Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) untuk kelompok usaha ini. Simbolis pemberian bantuan disampaikan pada Selasa (25/10) di lokasi MinaGot Minang, Komplek Bukit Belimbing Indah Blok A5 No.3 Kelurahan Kuranji Kota Padang.

General Manager UIW Sumbar yang diwakili Manager PLN UP3 Padang Jeffri Husni , dalam sambutannya mengatakan TJSL PLN nantinya akan dioptimalkan untuk pengembangan usaha MinaGot Sumbar, diantaranya dengan pengadaan alat perlengkapan kerja budidaya maggot untuk lebih maksimal dan berdaya guna. "Bantuan PLN akan digunakan untuk pembuatan gazebo atau bengkel, pembelian mesin pencetak, pembelian timbangan 100-150 kg untuk timbangan sampah organik, pengadaan handtruck 150 kg untuk mengangkut barang, pembelian rak-rak peletakan maggot, wadah penjemuran, hingga biaya pelatihan kewirausahaan budidaya maggot," lanjut Jeffri.

Rahayu bersama komunitas Penggiat Maggot Sumbar, dihadapan manajemen PLN dan pejabat pemerintah yang hadir menyampaikan bahwa, penggiat budidaya maggot di Sumbar siap jika pemerintah maupun instansi mengajak komunitas  berdiskusi dan melakukan program bersama untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Padang maupun di Provinsi Sumbar. 

Rahayu meyakinkan, satu sendok ulat maggot dapat mengelola 80-150 kg sampah selama 21 hari. Maka Maggot bisa mengatasi masalah sampah di Kota Sumbar jika didukung dan diberdayaan secara maksimal. Rahayu bahkan optimis, Budidaya Maggot bisa menyelesaikan solusi penumpukan sampah Kota Padang hingga 60%. "Apalagi jika upaya kami didukung dengan kebijakan pemerintah, contohnya menghimbau warga untuk memilah sampah organik dna sampah non organik," ungkap Rahayu.

Sementara itu Asisten 2 Walikota Padang Didi Ariyadi menyampaikan, budidaya maggot merupakan solusi yang sangat menjanjikan apalagi melihat kondisi lingkungan Kota Sumbar, khususnya Kota Padang saat ini. "Sampah Kota Padang per hari nya yang dikirim ke TPA mencapai 500 ton. Jika masing-masing dari kita berinisiatif untuk membudidayakan maggot, dimulai dari kecamatan, kelurahan, atau mungkin ke depannya setiap RW hingga rumah-rumah warga memiliki pembubidayaan maggot secara mandiri, tentu akan menggembirakan bagi lingkungan kita. Ini akan mengurangi beban sampah yang harus dikirim ke TPA Kota Padang," terangnya.

Didi Ariyadi pun menyampaikan, jika debit sampah 500 ton per hari terus berlangsung, bahkan bertambah, dan tidak ada solusi pengelolaan, maka 4-5 tahun ke depan Kota Padang akan kehabisan lokasi TPA.

"Terima kasih atas inisiatif yang sangat mulia dari teman-teman MinaGot Sumbar. Terima kasih sudah membentuk usaha berwawasan lingkungan. Ini sangat sejalan dengan misi Kota Padang yaitu meningkatkan usaha _go_green_. Terima kasih juga kepada PLN yang mendukung gerakan MinaGot Sumbar. Semoga usaha ini terus berkembang dan maju seperti harapan kita bersama," ungkapnya. (rls)

 
Top