Faktual dan Berintegritas

Ilustrasi Liputan6


RATUSAN anak-anak di Indonesia terdeteksi menderita gagal ginjal akut. Hampir 100 orang di antaranya meninggal dunia.

Ini adalah musibah baru di Indonesia setelah Covid-19 reda. Penyakit yang biasanya diderita orang dewasa, kini menjajal anal-anak. Pemerintah menduga, penyebabnya adalah obat sirop yang biasa dikonsumsi anak-anak ketika terjadi gangguan kesehatan seperti batuk, demam dan sebagainya.

Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tidak memberi obat sirop kepada anak-anak. Lalu, jika anak-anak demam, apa solusinya?

Ini adalah dilema bagi orang tua anak. Sebab, kebanyakan anak-anak di negeri ini rentan terserang demam, apalagi saat-saat perubahan cuaca. Adakah solusi jitu diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan? Atau, apakah masyarakat harus kembali menggunakan obat-obatan tradisional?

Diakui, sebelum jenis obat-obatan di Indonesia beragam, siapapun yang sakit senantiasa diberi obat tradisional, termasuk obat untuk anak-anak. Misalnya ketika anak-anak demam, ada yang memberikan perasan daun kembang sepatu atau disebut juga bunga raya, ada yang meminumkan perasan daun rambutan, ada yang mengompres dengan rendaman daun jarak dan lain sebagainya. Haruskah masyarakat kembali seperti ini?

Yang pasti kalangan orang tua saat ini dilanda kecemasan. Obat sirop yang biasa dikonsumsi anak-anak ketika demam, saat ini dilarang lantaran diduga sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal akut pada anak-anak yang bisa berujung pada kematian. Menurut Kemenkes ada tiga zat kimia berbahaya ditemukan pada obat sirop yang dikonsumsi pasien anak yang mengalami gagal ginjal tersebut.

Pertanyaannya, kenapa sekarang kasus itu baru terjadi? Padahal anak-anak yang menkonsumsi obat jenis sirop sudah berlangsung puluhan tahun. Atau jangan-jangan ini terjadi karena lemahnya pengawasan pada pabrik obat-obatan di Indonesia? Bisa juga kasus ini diakibatkan faktor lain.

Pertanyaan dan keragu-raguan masyarakat ini harus dijawab secepatnya oleh pemerintah, lalu carikan solusi. Jangan cuma melarang, melarang dan melarang, tapi tidak jelas apa solusinya. Jika tidak, maka masyarakat, terutama kalangan orang tua akan terus dihantui rasa takut. Jangan-jangan ini justru semakin menambah korban, yang tadinya anak-anak saja, justru bertambah dengan kalangan orang dewasa.

Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap kasus seperti ini.  Apapun alasannya, nak-anak harus dilindungi. Jangankan di kala normal seperti sekarang, dalam kondisi perang saja anak-anak harus dilindungi.

Oleh karena itu, perlu gerak cepat, usut penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak-anak dimaksud. Jangan hanya cepat dalam mengusut tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang saja. Kasus kematian anak-anak ini harus menjadi prioritas utama. (Sawir Pribadi)

 
Top