Faktual dan Berintegritas


Sawir Pribadi 


UDARA perawan Mentawai sangat  terasa. Secangkir teh panas tiba. Dalam hitungan detik teh yang baru diseduh itu saya tuang ke piring tadah. 

Sehirup dua hirup, akhirnya teh di piring pun habis. Sisa di dalam gelas dibiarkan dan diangsur sedikit demi sedikit. Itulah kebiasaan sebagaimana banyak yang lain melakukannya.

Sepiring lontong gulai cubadak ditambah telor rebus tiba pula, maka jadilah sarapan yang paripurna pagi itu. Kawan-kawan lain masih ada yang mereka nikmati, mengisap rokok. Saya tidak! Karena sudah cukup lama 'pensiun' dari rokok. Saya pikir berhenti merokok tidak akan membuat penjual rokok kurang pendapatan, apalagi pengusaha pabriknya. Masih banyak, mungkin ribuan orang tambahannya yang memulai kebiasaan merokok di saat saya berhenti.

Tapi pertimbangan saya berhenti bukan itu. Sekali lagi bukan itu. Saya berhenti merokok karena ingin berhenti saja. 

Matahari mulai malu-malu dari balik awan. Sejumlah orang terlihat mondar mandir. Penjual lontong cantik itu juga terlihat keluar membawa dua gelas kopi.

Di suatu pojok  satu unit bus Damri rancak terparkir. Di kaca belakang tertulis Tuapejat - Rokot. Saya langsung paham bahwa rute bus tersebut adalah dari Pelabuhan Tuapejat - Bandara Rokot yang masih dalam tahap penyelesaian.

Di balik itu ada rasa kagum. Ternyata Kepulauan Mentawai berkembang pesat dalam 3 tahun terakhir. Saya katakan demikian lantaran saya terakhir mengunjungi Mentawai  akhir 2019, beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 berjangkit.

Menurut sejumlah orang, bus Damri ada dua unit di Mentawai. Selain melayani masyarakat yang hendak ke Bandara Rokot, juga melayani pelajar.

Kemajuan Kepulauan Mentawai yang nyata terlihat pula di sepanjang jalan. Rumah dan bangunan-bangunan rancak bertumbuh. Mini market dan toko-toko aneka kebutuhan harian pun banyak.Tak kalah sebagai bukti kemajuan, kafe-kafe pun bermunculan. 

Kala malam hari, sepanjang jalan diterangi lampu-lampu rumah serta bangunan penduduk. Nyaris semua rumah memasang bola lampu besar di depan atau teras. Mungkin alasannya karena penerangan jalan umum (PJU) belum ada. (*)

 
Top