Faktual dan Berintegritas


PROSES pemilihan kepala daerah di Sumatera Barat telah selesai.  Kewajiban sebagai warga negara sudah ditunaikan pada 9 Desember tempo hari. Sekarang kewajiban telah beralih ke penyelenggara pilkada, yakni KPU dan masyarakat menunggu hasil penghitungan suara.

Berbulan-bulan waktu yang dilalui jelas untuk mencari pemimpin, jelas menimbulkan lelah dan penat. Berbagai upaya dilakukan demi sukses pilkada dan memperoleh hasil maksimal. Kadang ada yang meninggalkan keluarga dalam rentang waktu yang begitu lama. Kadang hujan dan panas bagai tak terasa. Semua hanya demi mendapatkan hasil terbaik. 

Ibarat kompetisi, setiap tim pasti berusaha untuk menang. Tidak ada satu tim pun yang bercita-cita ingin kalah. Karena itulah demi mengejar 'juara' segala potensi dan kemampuan dikerahkan.  Kadang kaki jadi kepala dan kepala harus jadi kaki.

Walau demikian, perlu disadari, dalam sebuah kompetisi itu ada yang menang dan ada pula yang kalah. Salah satu dari dua hasil itu harus diterima. Karenanya jika siap menerima kemenangan, maka harus siap pula untuk menerima kekalahan. Jangan cuma siap untuk kemenangan, tapi tidak siap untuk kalah. Giliran menang melonjak-lonjak bahkan sampai tabuak kopiah dibuatnya. Tiba giliran kalah, semua disalahkan. Tidak ikhlas!

Kita tentu perlu bersyukur rangkaian pilkada di Sumatera Barat berjalan dengan aman, tanpa gangguan. Ini adalah bukti semakin tingginya kesadaran berdemokrasi masyarakat Sumatera Barat. Lebih dari itu, kita tentu berharap hingga hasil final nanti semua tetap berlangsung aman dan penuh kekeluargaan. Siapapun yang menang, maka itu adalah kemenangan bersama. Jangan sampai ada yang bereforia berlebihan. Sebaliknya pihak yang belum beruntung, jangan larut dalam kesedihan.

Lebih dari itu, bagi tim yang belum berhasil jangan mencari-cari kesalahan pihak lain. Mari ucapkan selamat kepada yang menang. Ingat, kita adalah satu rumpun. Kita semua badunsanak.

Jika selama proses pilkada ini ada pertikaian-pertikaian pendapat, itu hal biasa. Namanya saja demokrasi. Suatu demokrasi baru bisa dikatakan hidup jika ada perbedaan pendapat. Suatu nyanyian baru terasa enak jika ada ditingkahi suara musik yang terdiri dari beberapa nada.

Untuk itu, jangan dibawa perbedaan itu ke dalam kehidupan sosial masyarakat yang tidak berkesudahan. Ingat pribahasa Minang mengatakan biduak lalu kiambang batauik.

Karena itu, siapapun yang diputuskan KPU sebagai pemenang pilkada kali ini, maka itulah pemimpin kita. Mari kita dukung bersama demi kemajuan daerah, baik kabupaten, kota maupun provinsi. Sebab, hingga sekarang Sumatera Barat masih tertinggal dalam banyak hal. 

Ingat, apabila kita masih meributkan proses dan capaian pilkada, maka diyakini energi akan terkuras olehnya. Jika energi habis hanya untuk itu, kapan lagi kita mau berlari untuk mengejar ketertinggalan tersebut? Karenanya lupakan perbedaan selama ini dan mari bersatu untuk membangun Sumatera Barat secara keseluruhan. Semoga! (Sawir Pribadi)


 
Top