Faktual dan Berintegritas


JAKARTA -- Kota Sawahlunto telah lama dikenal sebagai Kota Tambang. Julukan ini diberikan karena banyaknya pertambangan batu bara di daerah itu.

Namun demikian, di Kota Sawahlunto juga kerap terjadi kecelakaan kerja akibat ledakan gas metan di pertambangan batubara. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gas Metan Batubara (Coalbed Methane) adalah gas bumi (hidrokarbon) yang berisi gas metan sebagai unsur utamanya. Gas ini terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification).

Karakter gas metan yang tanpa bau, tanpa warna, dan mudah terbakar ini yang membuat para pekerja tambang tidak menyadari keberadaannya secara kasat mata. Kondisi ini, ternya memancing dua siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kota Sawahlunto untuk menciptakan alat sensor gas metana pada tambang batu bara berbasis Internet of Things (IoT).

Alat sensor tersebut, saat ini menjadi salah satu finalis Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2023, yang berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara. ​​​​​​​Adalah Bebrina Latif Azzahra dan Raisya Qurrata Aini, dua siswa MTsN 2 Sawahlunto yang memiliki inisiatif pembuatan alat sensor gas metana berbasis IoT.

"Di Sawahlunto banyak tempat tambang, dan sering terjadi ledakan. Salah satunya, terjadi pada Desember 2022 lalu," ungkap Bebrina di Kendari, Selasa (5/9).

“Kondisi demikianlah yang memotivasi kami mencari solusi bagaimana saat kadar gas metana terdeteksi melampaui batas akan memberikan peringatan kepada pekerja di tambang sehingga bisa menghindari terjadinya musibah ledakan dan adanya korban jiwa," sambungnya.

Ia menambahkan, sebelumnya sudah ada alat pendeteksi serupa yang digunakan di tambang, akan tetapi tidak terkoneksi melalui ponsel. Penggunaan alat sensor tersebut, tidak semudah ketika menggunakan alat yang terkoneksi langsung ke ponsel yang dapat langsung memberikan peringatan jika terdapat gas metana.

Siswa MTsN 2 Sawahlunto ini kemudian mencoba mengembangkan alat pendeteksi yang bisa langsung tersambung pada ponsel untuk memberikan peringatan. “Alat Sensor ini berbasis IoT yakni teknologi yang mampu menghubungkan beberapa objek benda dalam hal sensor, piranti chip dan elektronik memalui jaringan internet, jadi penggunaannya sangat tergantung ada tidaknya jaringan internet," kata Bebrina.

Untuk mengatasi keterbatasan internet di dalam tambang batu bara, maka solusi yang dilakukan adalah dengan memasukkan kabel LAN ke dalam tambang.

Kepala MTs 2 Kota Sawahlunto,Tatis Arni mengatakan yang turut mendampingi giat Expo MYRES ini mengaku sangat mendukung yang dilakukan siswa didiknya “Hasilnya nanti seperti apa, menang ataupun kalah tidak mengapa. Terpenting apa yang telah dilakukan ini merupakan prestasi sebab menghasilkan suatu karya yang semoga nantinya bermanfaat, juga menjadi pengalaman dalam berkompetisi,” ungkap Tatis.

Selaku guru pembimbing, Seprian Yusril mengatakan sangat bangga dengan hasil karya yang dihasilkan ini. "Walaupun masih dalam tahap pengembangan untuk menyempurnakan alat ini, tapi sudah kita lakukan uji coba langsung di tambang-tambang yang ada di daerah kita," pungkas Seprian sebagaimana dikutip website Kemenag. (*)

 
Top