Faktual dan Berintegritas


PADANG -- Hujan turun sejak pagi, lembut namun tak henti, seolah langit turut berkabung atas luka panjang yang melanda Sumatera Barat. Di halaman Masjid Raya Syekh Al-Minangkabawi, deretan ambulans berjejer rapi, lampu rotator memantulkan cahaya redup di atas aspal yang basah. 

Puluhan kendaraan itu menjadi saksi bisu, pengantar terakhir bagi 24 jenazah korban banjir dan tanah longsor yang meluluhlantakkan banyak nagari dalam hitungan hari.

Di dalam masjid, aroma kain kafan bercampur wangi karpet yang lembab oleh udara hujan. Para jamaah yang terdiri dari unsur TNI Polri, pemerintah hingga masyarakat ikut menyolatkan 24 jenazah korban bencana. Tidak ada suara keras, kecuali isak kecil yang pecah sesekali, lalu lenyap di antara lantunan ayat suci.

Ketika waktu penyelenggaraan tiba, Kapolda Sumbar Irjen Pol Gatot Tri Suryanta maju sebagai imam. Langkahnya terukur, namun tampak berat oleh beban yang tak terlihat. Di hadapan 24 jenazah yang disusun berderet seperti saf panjang, ia mengangkat tangan, dan gema takbir pertama bergulir memenuhi ruangan. 

Hujan di luar semakin deras, bagai mengetuk-ngetuk dinding masjid, tetapi jamaah tetap khusyuk, menyatukan doa untuk para korban yang pergi tanpa sempat berpamitan.

Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, mengatakan,‎ 24 jenazah yang sudah ditemukan tidak bisa diidentifikasi lagi. "Setelah disalatkan, jenazah ini dimakamkan di Bungus. Alhamdulilah salat berjalan lancar dan khidmat yang diimami langsung oleh Kapolda Sumbar‎," kata Arry.

‎Arry mengatakan,‎ untuk doa dipimpin langsung oleh Imam Besar Masjid Raya Syekh Al Minangkabawi. "Saat ini masih ada 93 orang yang belum ditemukan, ada di Agam dan di Pasaman Barat," ujar Arry.

Selesai shalat jenazah, satu per satu ambulans menyalakan mesin. Suaranya saling bersahutan, namun bukan seperti hiruk-pikuk darurat, lebih seperti denting kesedihan yang berat dan panjang. Barisan kendaraan itu bergerak perlahan meninggalkan halaman masjid, membentuk iring-iringan duka yang merayap menuju Bungus Teluk Kabung, lokasi pemakaman massal yang telah disiapkan.

Di sepanjang perjalanan, warga keluar dari rumah mereka, berdiri di bawah payung atau hanya bermodalkan tangan untuk menahan air hujan. Beberapa menunduk, beberapa mengangkat kedua tangan, dan sebagian lainnya hanya mampu memandang dengan mata yang sembab.

Setibanya di TPU Bungus Teluk Kabung, hujan belum juga reda. Para petugas menurunkan peti satu per satu, menapaki tanah yang becek, namun tetap bekerja dengan penuh ketelitian. Di antara mereka,  tak sedikit yang matanya merah karena kelelahan dan pedih melihat banyaknya nyawa yang harus dilepas di waktu bersamaan. 

Hening terasa sangat panjang ketika liang lahat mulai menerima satu per satu jasad korban. Seakan bumi pun ikut menelan duka yang bertumpuk. Tidak ada kata yang mampu menjelaskan betapa besarnya kehilangan itu. 

Kapolda Sumbar Irjen Pol Gatot Tri Suryanta, mengatakan, 24 jenazah dari 238 orang korban meninggal akibat bencana banjir dan tanah longsor di Sumbar belum teridentifikasi.

"Seluruh jenazah sudah diambil sampel DNA nya. Bagi warga yang merasa kehilangan keluarganya boleh melapor ke posko DVI, kita berikan layanan 24 jam dan bisa juga menghubungi layanan 110, kita layani dengan baik," kata jenderal bintang dua itu.

Gatot mengatakan, 24 jenazah yang dimakamkan ini 17 dari Agam, 6 dari Pariaman, dan 1 dari Padang Panjang. Walaupun pemakaman dilakukan secara massal, namun pihaknya telah menandai peti jenazah.

"Apabila nanti ada kecocokan DNA, masyarakat boleh mengambil kembali jenazah ini untuk dimakamkan," ujar Gatot. (deri)
 
Top