Faktual dan Berintegritas


PADANG -- Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Bid dokkes) Polda Sumbar mengupdate total korban bencana banjir dan tanah longsor di Sumbar sebanyak 193 orang. Dari jumlah sebanyak itu, 161 orang sudah teridentifikasi .

"Ini update terbaru yang masuk ke tim DVI ada 193 orang meninggal dunia‎. Sementara di rumah sakit Bhayangkara Polda Sumbar ada 58 jenazah, 33 orang sudah teridentifikasi, sementara 25 jenazah lagi belum teridentifikasi," kata Plt Kabid Dokkes Polda Sumbar AKBP Faisal, saat konferensi pers di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar, Selasa (2/12).

Faisal mengatakan, 58 jenazah yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara, 33 orang sudah teridentifikasi. 25 orang belum teridentifikasi. Seluruh jenazah ini dinyatakan MR X, karena data antemortem yang ada di tim DVI tidak cocok dengan 25 jenazah ini.

Ditambah lagi seluruh jenazah ini tidak bisa lagi diambil sidik jari maupun dikenali wajah mereka.

"Rata-rata jenazah ini masih anak-anak, kemungkinan ibu mereka juga menjadi korban. Jadi hingga saat ini belum ada yang merasa kehilangan anak-anaknya," ujar Faisal.

Faisal meminta kepada seluruh warga masyarakat Sumbar yang merasa kehilangan keluarganya bisa datangi posko DVI yang ada di daerah terdampak bencana.

"Keluarga bisa datangi rumah sakit yang ada di daerah terdampak untuk bisa memberikan data atem mortemnya," katanya.

Sementara itu, Ps Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar, Kompol dr Harry Andromeda, mengatakan,‎ pemeriksaan dari sidik jari yang dibantu tim inafis terhadap 25 jenazah ini tidak bisa dilakukan dikarenakan kondisinya tidak memungkinkan.Rata- rata puluhan jenazah ini adalah anak-anak.

"Sebagian besar jenazah ini terdiri dari anak-anak. Anak-anak ini dari sidik jari tidak bisa dilakukan pemeriksaan. Kemungkinan korban ini, orangtuanya juga menjadi korban, sehingga tidak ada yang merasa kehilangan," kata Harry.

Harry mengatakan, secara visual seluruh jenazah ini sulit dilihat, sebab itu tim DVI juga sulit mengidentifikasi.‎ Saat ini puluhan jenazah tersebut telah dilakukan pengambilan sampel DNA melalui gigi, jari hingga tulang. Sampel DNA diperlukan sebagai data pembanding.

"Pembilan sampel DNA perlunya data sektor pembanding untuk kami cocokkan. Jadi, jika tidak ada sektor pembanding, kami belum bisa mengambil langkah selanjutnya untuk proses identifikasi dari 25 jenazah," ujar Harry.

Harry meminta kepada warga yang merasa kehilangan keluarganya, bisa datangi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar atau posko DVI yang tersebar di beberapa kabupaten kota.

Sehingga dapat diambil sampel DNA untuk dicocokkan dengan 25 jenazah yang masih belum diketahui identitasnya.
Dia juga mengatakan, untuk puluhan jenazah tanpa identitas ini (MR X) telah disimpan di tempat pendingin jenazah. Karena keterbatasan tempat pendingin, jenazah disebar di beberapa rumah sakit.

"Kami hanya punya empat pendingin, RSUP M. Djamil dua pendingin, RS Unand dua pendingin, semuanya sudah kami titipkan," ujarnya.

Terakhir Harry mengatakan, pihaknya mendapat bantuan satu mobil boks pendingin dari dinas pertanian untuk bisa menampung jenazah korban dari bencana banjir dan tanah longsor.

"Dengan bantuan ini kami bisa menyimpan jenazah yang belum diambil keluarga," tutupnya. (dr)
 
Top