SUMATERA BARAT berduka. Semua luluhlantak oleh bencana, amukan air dan tanah menimbun segalanya, bahkah mengikis asa. Ratusan nyawa melayang. Orang-orang tercinta hilang tanpa bekas, berkubur tanpa nisan. Ribuan rumah dan harta benda lenyap seketika.
Bencana memang tak memandang usia, gender, pangkat, harta dan strata. Bencana memang hal yang tidak diharapkan siapa saja. Tapi, ketika Allah berkehendak, siapapun juga tidak bisa menghalangi. Setebal apapun baja yang memagar, tidak akan mampu menahan.
Bahwa bencana membawa duka dan nestapa, iya. Bahwa ada korban terdampak bencana yang belum dapat perhatian pemerintah dan pihak-pihak lain, bisa kita maklumi. Namun di balik itu semua, yakinlah ada hikmah terindah yang digariskan Sang Penguasa langit dan bumi ini.
Sebagai manusia ciptaanNya kita tentu perlu berpikir. Setidaknya bagaimana agar bencana serupa tidak terjadi lagi. Jika memang ada eksploitasi hutan di luar kendali, pembabatan hutan secara liar yang diduga sebagai penyebab banjir dan longsor, maka itu harus dihentikan. Sudahlah, bumi elok ini sudah porak poranda oleh nafsu keserakaan.
Dalam situasi begini, kita berharap ada pihak-pihak tertentu yang secara jantan menyampaikan permohonan maaf, bahwa karena ulahnya banjir dan galodo datang. Berharap kita ada pihak-pihak tertentu yang secara gentleman menyatakan bertanggung jawab atas banjir dan longsor pada suatu tempat.
Tidak akan ada! Justru sebaliknya, seluas apapun perambahan hutan yang dilakukan, dipastikan pengusaha dan pelakunya bersembunyi. Ketika ketahuan, dipastikan pula akan mengelak, mencari alibi atau sejenisnya.
Sekaitan itu, aparat berwenang diharapkan mencari dalang pembabatan hutan di Sumatera yang diduga sebagai pemicu banjir bandang pada tiga provinsi; Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Usut tuntas, siapapun orangnya. Jangan pandang bulu.
Kita yakin bahwa kayu yang dihanyutkan dari hulu itu adalah gelondongan dari penebangan hutan. Bukan kayu lapuk dan bukan pula kayu tumbang. Tak mungkin kayu tumbang bisa terpotong-potong rapi sebagaimana yang bergelimpangan di areal banjir bandang.
Lebih dari itu, pemerintah perlu meninjau kembali sekalian izin yang berkaitan dengan penguasaan hutan, izin usaha pemanfaatan hutan dan sebagainya. Semoga musibah serupa tidak terjadi lagi di negara ini. Semoga! (Sawir Pribadi)