Faktual dan Berintegritas

 

Kelompok Tani Mungguang Indah foto bersama di depan kandang sapi Kubalikopi. 

SOLOK, Swapena - Kelompok Tani (Keltan) Mungguang Indah, Jaro Batu, Jorong Pakan Jumat, Nagari Jawi-Jawi Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sabtu (28/11) kemarin melakukan  studi tiru ke Kelompok Pengembangan Sapi Kubalikopi, Jorong Nan II Suku, Nagari Salimpaung, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar.

Studi Tiru itu dipimpin oleh PPL Nagari Jawi-Jawi Guguk, Rosalinda dan Ketua Keltan Mungguang Indah, Sofriwandy NR. Di Keltan Kubalikopi, rombongan yang berjumlah 35 orang tersebut disambut oleh Kepala Bidang Produksi dan Quality Control Kelompok Kubalikopi, Yonnasri Malin. Pertemuan diawali dengan perkenalan kedua kelompok, dilanjutkan dengan sejarah kelompok peternak kubalikopi hingga bisa meraih sukses.

Pada kesempatan itu Yonnasri memotivasi, jika ingin sukses dalam sebuah profesi, kuncinya cukup dengan kemauan, jujur dan yakin. “Saya memulai usaha ternak sapi ini pada tahun 2008 usai pulang dari merantau selama 15 tahun. Waktu itu sempat saya dikatakan gila sama orang kampung karena saya tidak punya modal untuk beli sapi tetapi membuat kandangnya,” cerita Malin.

Namun, di balik keberhasilan itu, ada tiga hal dasar yang mesti dimiliki kelompok tani agar sukses menjalankan usahanya. Kemauan, keyakinan dan kejujuran harus dimiliki seluruh anggota kelompok.

Untuk memulai membeli sapi, dia mencoba mendatangi orang kaya di kampung tersebut agar mau membelikan sapi, namun ditolak oleh orang tersebut. Kemudian awal suksesnya Malin mendatangi saudaranya di Payakumbuh agar mau membelikan sapi, dan saudaranya bersedia untuk membelikan sepasang sapi tahun 2008 dengan harga 2 ekor Rp15 juta. Satu tahun kemudian sapi tersebut dijual dengan harga 2 kali lipat dan dibelikan lagi ke sapi, hingga sekarang di tahun 2020 sudah berjumlah 65 ekor yang di kandang.

Menurut Malin, tidak dibutuhkan lokasi atau lahan yang begitu luas untuk memelihara puluhan ekor sapi. Seperti yang sudah dilakukannya, dengan lahan seperempat hektare saja sudah cukup untuk memelihara sapi sebanyak 65 ekor. Malin juga menyebutkan, selain daging, banyak hasil sampingan dari beternak sapi yang bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan, seperti penjualan kotoran sapi yang sebelumnya sudah diolah menjadi pupuk kompos.

Dari hasil penjualan pupuk kompos saja sudah bisa menutupi seluruh biaya operasional kandang, bahkan malah berlebih sekitar Rp5 juta dalam tiap bulannya. Bahkan dia juga sudah bisa menyekolahkan anaknya hingga tamat kuliah. Sedangkan tenaga kerjanya hanya dia dan isteri, dibantu satu orang pekerja.

Malin juga menceritakan cara membuat pakan ternak fermentasi jerami agar bisa tahan satu tahun dan juga dari limbah pasar, seperti kulit cokelat dan lainnya.

Menurut Malin, budidaya peternakan yang terintegrasi dengan pertanian khususnya budidaya tanaman pangan organik sehingga dicapai peningkatan kapasitas produksi, peningkatan pendapatan dan kemandirian usaha.

Malin yang sudah melaksanakan ternak sapi berbasis peternakan sapi pedaging yang telah mulai mengadopsi sistem peternakan terpadu melalui budidaya sapi pedaging, pembuatan pupuk organik, pembuatan pakan silase (amoniasi jerami) dan pengolahan biogas. Kunjungan itu dilanjutkan dengan peninjauan lapangan. 

Ketua Kelompok Tani Mungguang Indah, Sofriwandy NR, yang mewakili seluruh anggota kelompok tani dan rombongan, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Malin yang sudah memberikan ilmu kepada Kelompok Tani Mungguang Indah. “Mudah-mudahan ilmu yang kami dapat dari sini bisa dimanfaatkan di tempat kami,” sebutnya (jn)

 
Top