Faktual dan Berintegritas


TERNYATA diam-diam lebih dari 100 pohon kayu di Indonesia punya grup WhatsApp. Tak jauh beda dengan grup-grup WA bikinan manusia, di dalam anggota yang lebih 100 itu hanya beberapa saja yang aktif, hiperaktif dan kritis.

Grup WA baru ramai di saat-saat tertentu. Misalnya menjelang pemilihan umum dan atau menjelang pemilihan kepala daerah seperti sekarang. 

Masa-masa seperti sekarang memang grup eboh. Pohon-pohon kayu itu sama-sama mengeluarkan pendapat tentang para calon kepala daerah, baik calon bupati, walikota maupun calon gubernur. Tentu saja calon wakil masing-masing juga terbawa dalam diskusi mereka. Kadang diskusi merarah ke mana-mana, sehingga pening juga admin dibuatnya.

Sebenarnya bagi pohon kayu, siapapun calon kepala daerah tak ngaruh dalam hidup dan kehidupan mereka. Mau tamat SMA, D3, S1, S2 sampai S3 dan pendidikan luar negeri bagai, di mata para pohon kayu tersebu sama saja.

Hari ini, itu yang dibahas dalam WAG pohon kayu. Anggota grup yang berada di berbagai daerah pun bersijadi membicarakan calon kepala daerah.

Pohon A: "Bagi saya siapapun yang jadi kepala daerah, tak ada ngaruhnya dengan kita. Kita tetap saja jadi pohon kayu. Tegak berdiri di sini secara kokoh."

Pohon B: "Betul, sebagai pohon kayu di negeri ini paling nanti ditebang."

Pohon C: "Tapi saya kasihan dengan teman-teman yang di pinggir jalan. Mereka marasai setiap pilkada atau pemilu." 

Pohon X: "Marasai gimana pula dek kamu ni?"

Pohon C: "Bayangkan, kawan-kawan yang di pinggir jalan itu sering ditusuk paku. Bahkan ada tim pasangan calon yang menggunakan paku panjang lima, sehingga tusukannya sampai ke jantung."

Pohon Z: "Benar itu bro. Tak ada di antara mereka yang merasa kasihan terhadap kita-kita ini. Bahkan ketika kampanye telah usai dan pasangan calon yang tadinya dipakukan ke tubuh kita menang, tak sepatah kata terimakasih pun kita terima. Ooo, kita mau mati, ya mati sajalah. Mau hidup ya, terus juga tak diacuhkan sampai ada lagi pemilihan berikutnya."

Pohon A: "Pernah ada kawan kita yang marah mah. Tabik rabonya, tumbang ke jalan. Jalanan menjadi macet, eeee... pemerintah mengirim petugasnya untuk menyingkirkan kita dengan cara mencincang kawan kita itu pakai lading, kapak, gergaji dan sinso. Sebenar merasai kita-kita ini dibuat mereka."

Pohon R: "Yang menjadikan kita sumber pitih masuk banyak pula!"

Pohon-pohon kayu lainnya lantas berkirim stiker. Macam-macam pula jenis stikernya itu. Mulai dari senyum, ketawa sampai yang mencibir.  (Sawir Pribadi)


 
Top