Faktual dan Berintegritas

 


LUAR BIASA! Aparat Kepolisian berhasil mengungkap dan menangkap 2,5 ton narkotika jenis sabu. Bersamaan itu, sebanyak 18 orang tersangka berhasil diamankan. Dari jumlah sebanyak itu, terdapat orang asing.

Kita tentu pantas mengapresiasi langkah dan upaya polisi tersebut. Sebab, angka 2,5 ton itu adalah sangat besar untuk sabu. Jangankan hitungan ton, dalam jumlah miligram saja, daya rusaknya cukup tinggi. Bayangkan ini 2,5 ton.

Pihak Polri menyebut, dengan sabu seberat 2,5 ton itu bisa merusak 10 juta orang lebih. Angka sebanyak itu setara dengan penduduk dua provinsi di Sumatera. Mengerikan!

Jika saja sabu seberat itu tidak berhasil ditangkap polisi, tentu lebih 10 juta anak bangsa Indonesia akan rusak. Tak bisa dibayangkan jika banyak generasi bangsa yang teler atau mabuk, mau diapakan negara ini?

Makanya adalah suatu sikap yang bijak jika semua pihak memberikan apresiasi kepada Kepolisian yang telah berhasil menangkap belasan orang tersangka sekaligus dengan barang bukti sabu seberat 2,5 ton tersebut. Bahkan tidak berlebihan sekiranya mereka yang bertugas di lapangan diberikan reward.

Di balik itu semua, ada yang membuat kita miris. Ternyata peredaran narkoba sebanyak itu melibatkan orang-orang di dalam penjara. Ini bukan hal baru dan bukan pula yang pertama, setiap ada pengungkapan peredaran narkoba di Indonesia banyak yang melibatkan narapidana. Terkesan jeruji besi tidak menghalangi mereka untuk menjalankan bisnis narkoba, terkesan hukuman berat tidak membuat mereka jera. Apanya yang salah?

Agaknya ini perlu menjadi bahan evaluasi bagi pihak-pihak terkait, bagaimana caranya supaya narapidana di dalam ruang tahanan tidak bisa lagi berbisnis narkoba. Bagaimana membuat narapidana atau tahanan narkoba di balik jeruji besi benar-benar terisolasi dari narkoba, baik untuk konsumsi apalagi untuk bisnis.

Diakui, selama ini pihak rumah tahanan atau lapas sudah berupaya maksimal untuk melakukan isolasi terhadap narapidana, tapi sepertinya yang di balik jeruji besi itu punya cara jitu pula untuk mengakalinya. Celah-celah kecil beginilah yang harus dicarikan solusinya secara tepat. Jika tidak, maka ke depan napi yang berbisnis narkoba tidak akan pernah berhenti. Mungkin mereka punya prinsip 'tanggung basah' maka mendingan berenang saja. Toh di dalam tahanan masih bisa hidup, bisa makan dan seterusnya. Badan ini akan terkurung juga lebih baik jalankan bisnis yang menggiurkan tersebut, agar keluarga di luar tidak menderita.

Oleh karena itu, mari kita persamakan persoalan narkoba ini. Karena daya rusaknya sangat dahsyat. Lebih baik menghabisi satu dua atau tiga pengedar narkoba daripada banyak orang yang mereka habisi. Camkan ini! (Sawir Pribadi)

 
Top