Faktual dan Berintegritas


PADANG, Swapena -- Dalam rangka pengembangan budidaya perikanan sidat atau ikan panjang di Sumatera Barat, Wakil Gubernur Audy Joinaldy bersama sejumlah pejabat terkait berkunjung ke Kampung Sidat, di Desa Kaliwungu Kecamatan Kedungreja Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (10/6).

Peninjauan ke Kampung Sidat ini merupakan salah satu agenda Wagub dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Sesuai dengan namanya, Kampung Sidat ini merupakan desa yang sebagian besar warganya beternak sidat. Pembudidaya sidat di Kampung Sidat sudah dikelola dengan baik yang tergabung dalam Kelompok Pembudidaya Ikan, asosiasi sidat dan Koperasi Sidat. Selain dikonsumsi, produksi olahan sidat sudah diekspor ke Jepang dengan jumlah mencapai 8 ton setiap lima bulan.

Wakil Gubernur Audy, melihat sidat ini sebagai peluang ekonomi yang sangat bagus untuk dikembangkan di Sumbar. Apalagi 90 persen pangsa pasar sidat adalah ekspor seperti ke Singapura, Jepang dan negara-negara asia timur lainnya juga, simana tingkat konsumsi sidatnya cukup tinggi.

"Sidat ini juga high value kita. Ikan kerapu sudah, lobster juga, dan ke depan ikan sidat. Tapi kita masih terkendala pada bibitnya kita masih mengandalkan tangkapan dari alam. Karena itu salah satu alasannya kita ke Kampung Sidat ini untuk belajar dan alih teknologi karena potensi glass eel atau anakan sidat cukup banyak di Sumbar, mungkin belum ketemu saja spotnya atau cara menemukannya yang belum sesuai," ujar Audy.

Ditambahkan Wagub, pengembangan budidaya sidat Ini juga peluang bagi UMKM untuk memasarkan produk-produk olahan dari sidat. Pengolahan sidat hasil budidaya tersebut bisa menjadi beberapa menu makanan dan minuman, termasuk ekstrak sidat.

Kendala rendahnya bibit hasil tangkapan alam diakui Kepala UPTD Konservasi dan Pengawasan DKP Provinsi Sumbar, Lastri Mulyanti. Menurut Lasrri, untuk di Sumbar budidaya Sidat baru ada di UPTD Konservasi di Sicincin, untuk pembesaran.

"Saat ini ada sekitar 700 kilo sidat di UPTD Konservasi di Sicincin tapi masih terkendala soal pemasarannya. Oleh sebab itu sidat tersebut akan digunakan untuk pelestarian sumberdaya ikan, dengan melepasnya di sungai. Ada dua lokasi pelepasan, yakni di Sungai Tapakis, Padang Pariaman dan di Sungai Kuranji, Padang.

Ditambahkan Lastri, sedikitnya ada 300 ekor sidat berukuran fingerling (seukuran jari telunjuk) yang akan di release di dua sungai tersebut. Lastri berharap, dengan program release tersebut pelestarian sidat bisa terjaga dengan bibit berlimpah. (kmf)
 
Top