Faktual dan Berintegritas



BATUSANGKAR, SWAPENA -- Sebanyak 24 orang anak yang berhasil menghafal dan memahami Alquran Surat Al-Hujurat, mendapat hadiah dari Inisiator Gerakan Aksi Literasi Islam (GALI) Andrinof A. Chaniago.

Anak yang dinilai berhasil memaham kandungan makna ayat-ayat yang mereka hafalkan itu, menerima hadiah dalam bentuk sertifikat dan hadiah uang, diserahkan langsung oleh Andrinof, Senin (6/3), di Masjid Raya Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang.

Ke-24 anak yang meraih prestasi terbaik itu, terdiri dari 12 anak dari Rumah Tahfidz Nurbaya Said dan 12 anak dari Rumah Tahfidz Noerma Noer. Lembaga pendidikan penghafalan Alquran itu berada di Nagari Tanjuang Kecamatan Sungayang dan Nagari Parambahan Kecamatan Limo Kaum.

Penilaian dilakukan untuk empat kategori. Dari Rumah Tahfidz Nurbaya Said, pada kategori I atau Luar Biasa (Mumtaz) diperoleh Muhammad Albyano, Marwa Tri Dara, dan Muhammad Rahimul Amin; Kategori II atau Istimewa diraih Refi Arilanti, Mughni Zhoohir, dan Nor Komalasari.

Berikutnya Kategori III atau Terpuji diperoleh Awan Perdana, Daffa Alfiansyah, dan Alfa Raby. Kategori IV atau Harapan Utama didapat Rina Fitriani, Bintang Alfa Centaury, dan Luthfia Efza Putra.

Dari Rumah Tahfidz Noerma Noer, para pemenang untuk Kategori I adalah Farel Heldiansyah, Hafiztul Khusna, dan Silfiani Shabrina. Kategori II Suci Hidayatul Insani, Anisy Delfiya, dan Alfiola Wanda Fatina. Kategori III Sherly Yovanka, Fina Naylatul Izzah, dan Alzena Halimatu Sadiah.

Sementara untuk Kategori IV diperoleh Dawud Jordan, Mahardika, dan Auliya Putri Ayumi.

Andrinof yang merupakan wakil komisaris utama Bank Mandiri itu menjelaskan, pemberian penghargaan kepada santri hafal faham Alquran itu, merupakan apresiasi sekaligus memotivasi anak agar tidak hanya sekadar tahfidz, tetapi juga memahami maksud dan kandungan ayat yang merek hafal.

Pilihan jatuh terhadap Surat Al-Hujurat pada gerakan saat ini, menurutnya, karena surat itu banyak berbicara tentang akhak mulia yang akhir-akhir ini mulai terasa mengalami krisis.

“Kegiatan ini menyeimbangkan penghafalan dan pengamalan Alquran dalam kehidupan, minimal hafal juz 30. Menghafal dan memahami harus seimbang, kini masih banyak menghafal dari memahami. Menghafal Al-Quran bukan perintah tertinggi, karena ada paham dan pengamalan berada di atasnya,” sebut Andrinof.

Andrinof mengatakan, telah terjadi kesalahan sistemik dalam pengajaran Al-Quran. Semua pihak makin terbawa oleh pandangan yang menempatkan kegiatan menghapal sebagai kegiatan paling utama, dalam pangajaran Al-Quran.

Mulai dari pendiri rumah belajar Al-Qur'an, sekolah-sekolah, pemimpin daerah, politisi, hingga stasiun TV lokal, berlomba memberi penghargaan terhadap penghapal Al-Qur'an. Sementara, mereka mengabaikan pendidikan paham Al-Qur'an dan mengabaikan perintah nyata untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, pelajaran, petunjuk dan bimbingan untuk menjalani kehidupan.

“Tren cara pandang dan cara penempatan Al-Qur'an seperti ini akan membuat umat Islam makin tertinggal. Karena, cara perlakuan yang keliru terhadap Al-Qur'an ini makin sistemik dan makin melembaga secara luas. Itu akan membuat makin banyak anak-anak hapal Al-Qur'an tetapi makin sedikit yang berpedoman kepada Al-Qur'an dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” katanya. 

Sekarang pun sudah terlihat banyak tokoh masyarakat yg tidak kenal rujukan-rujukan dalam Al-Qur'an untuk urusan ekonomi, membaca alam, memajukan pendidikan, dan sebagainya.

"Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an yang menyerukan menjadikan Al-Qur'an sebagai hapalan. Seruan yang berulang-ulang adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, bimbingan, petunjuk dan pelajaran. Tujuan seruan iru adalah agar perilaku sebagai hamba Allah adalah perilaku yg bermanfaat dan tidak melakukan kerusakan," tegasnya. (m2)

 
Top