Faktual dan Berintegritas


PADANG, SWAPENA -- PT PLN (Persero) berkomitmen penuh mendukung upaya pemerintah dalam percepatan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Hal itu salah satunya diwujudkan dengan menghadirkan kapal listrik di Kawasan Ampiang Parak yang dikelola oleh Laskar Pemuda Peduli Lingkungan (LPPL) Amping Parak.

Kapal listrik dari PLN, sudah lebih kurang lima tahun lamanya menjadi sahabat warga daerah sekitar untuk melindungi kawasan pesisir Amping Parak. 

Laskar Pemuda Peduli Lingkungan (LPPL) Amping Parak sendiri merupakan salah satu kelompok masyarakat di Pantai Amping Parak Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan yang bergerak di bidang konservasi laut. Kelompok ini berdiri atas inisiatif masyarakat yang peduli terhadap keberlanjutan dan kelestarian ekosistem pesisir. 

Berawal dari kegelisahaan beberapa masyarakat yang melihat pantai tempat mereka beraktivitas setiap hari semakin tandus dan tergerus abrasi, LPPL Amping Parak bersama warga desa ini berinisiatif untuk menanam pohon cemara laut dan mangrove di pinggiran pantai.

Seiring berjalannya waktu, kawasan Amping Parak menjelma menjadi kawasan konservasi laut yang hijau dan lestari, dipenuhi cemara laut, mangrove, dan menjadi tempat yang nyaman untuk penyu mendarat dan bertelur. 

Haridman, Ketua LPPL Amping Parak mengatakan, anggota komunitas LPPL terdiri dari masyarakat sekitar pesisir sendiri. ‘’Banyak sekali perubahan baik dari segi pola pikir maupun aktivitas anggota kami semenjak kehadiran PLN yang membuka banyak pintu untuk pelatihan dan pengembangan potensi kawasan konservasi ini. Kami semakin kuat untuk bahu membahu melestarikan Amping Parak,’’ ceritanya kemudian.

Disampaikan Haridman, dengan menggunakan kapal listrik, laju kapal tidak bersuara, sehingga dapat mengelabuhi perhatian kapal nelayan. Penggunaan mesin motor listrik pada kapal ini juga menekan produksi emisi karbon sehingga tidak mengotori air dan ramah lingkungan.

‘’Bantuan kapal listrik dari PLN membantu kami untuk patroli malam, berkeliling menjaga sekitar kawasan konservasi Amping Parak ini. Kami harus sering-sering berpatroli malam, karena nelayan mulai beraktivitas pada malam hari dan kami akan menjaga agar aktivitas nelayan tidak merusak mangrove dan mengganggu penyu,’’ jelas Haridman. 

Nelayan, lanjut Haridman, juga dilarang keras untuk menangkap penyu yang merupakan hewan langka yang dilindungi undang-undang. ‘’Sebelumnya, petani sekitar terbiasa untuk menangkapi penyu secara terang-terangan, bahkan menjualnya di kedai-kedai untuk dikonsumsi pengunjung. Sekarang tidak ada lagi. Kalaupun ada dianggap ilegal,’’ terangnya.

Selain itu, penggunaan listrik pada kapal disebut Haridman mengurangi biaya operasional.  Jika harga BBM dianggap Rp13.050 dan harga kwh listrik termahal adalah Rp2.466,78. Patroli malam yang  menggunakan BBM selama 1 bulan membutuhkan biaya sekitar Rp300.000. Sementara dengan mengganti mesin bensin dengan mesin motor listrik, Haridman hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp70.000 untuk pembelian token.

‘’Penghematan biaya operasional mencapai 77%. Dalam 1 malam, kalau 1 kali keliling patroli, kami bisa menghabiskan 1 liter BBM. Dengan mesin motor listrik ini, kami hanya perlu 1,3 kwh saja untuk 1 kali keliling patroli, atau sekitar Rp3.206,8 saja,’’ terang Haridman kemudian.

Ia memberikan apresiasi atas inisiatif PLN karena mendukung kelompok masyarakat untuk terus berkembang, salah satunya dengan energi yang ramah lingkungan yakni kendaraan listrik. 

Sejak 2017 silam, LPPL Amping Parak pun diakui pemerintah sebagai Kelompok LPPL Mitra Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar. Kelompok ini bertugas untuk melestarikan konservasi laut Amping Parak, menjaga keberlangsungan kehidupan penyu laut, serta mengupayakan ekosistem laut dapat bermanfaat bagi masyarakat dan wisata.

Haridman berharap, bantuan mesin motor listrik dapat kembali disalurkan oleh PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumbar untuk diaplikasikan kepada kapal-kapal lainnya. ‘’Harapan kami juga mesinnya lebih besar, bantuan kemarin hanya 1,5 PK, mungkin jika 5 hingga 25 PK akan lebih bermanfaat lagi, selain untuk mempercepat laju kapal, juga bisa kami gunakan untuk kapal pengunjung atau wisatawan yang muatannya lebih besar,’’ lanjut Haridman. (rls)

 
Top