DUA minggu lebih negeri ini disungkup bencana, duka, nestapa dan air mata. Selama itu pula, perjuangan hidup terasa berat. Bagaikan tak terpikul, namun segalanya sudah di pundak.
Bukan hanya rakyat biasa yang merasa tidak kuat, di antara pejabat pun ada yang seperti menyerah. Bahkan ada yang menjauh dari rakyat nan sedang dirundung duka dan nestapa. Mereka lelah. Bukan hanya karena banyaknya korban, melainkan juga memikirkan cara untuk memulihkan negeri ini yang sudah bagaikan kaca terhempas ke batu.
Tidaklah salah ada di antara mereka yang lelah. Karena mereka memang pelayan rakyat. Mereka mengangkat sumpah untuk melayani masyarakat secara baik dan beretika. Mereka harus hadir di tengah rakyat dalam segala situasi dan kondisi. Apalagi dalam kondisi duka dan bencana begini tak ada alasan bagi pejabat untuk tidak bersama rakyatnya.
Diakui atau tidak, banjir dan longsor telah melenyapkan harapan banyak orang. Asa mereka pun telah tertimbun bersama tebalnya lumpur yang ditinggalkan oleh para pewaris. Asa mereka lenyap bersamaan dengan raibnya segala yang dicinta dan disayangi.
Segalanya sudah takdir. Di balik semua kejadian ini diyakini ada hikmah yang belum terungkap. Maka adalah sangat bijak menjalani takdir dengan kesabaran.
Sabar memang kata yang gampang untuk diucapkan, itu sangat kita sadari. Namun kita harus bangkit. Kita tidak boleh berlama-lama terpuruk. Banyak hal yang belum kita perbuat untuk masa depan sendiri dan keluarga. Di tangan kita juga ada masa depan negeri ini.
Karena itu, bangkitlah wahai jiwa-jiwa yang terpuruk. Mari kita rangkai kembali kehidupan ini dengan tetap berpegang teguh pada tali Allah. Insyaallah kita semua dikuatkanNya. (Sawir Pribadi)