Faktual dan Berintegritas

Kereta api di Stasiun Solok. (sawir pribadi).  

SOLOK - Sebuah rangkaian kereta api terparkir di Stasiun Solok. Warna kuning pada gerbong-gerbong yang menonjol sebagian sudah terkelupas dan dimakan korosi.

Tak ada aktifitas di stasiun kereta yang terletak di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok tersebut. Padahal di tahun 1970-1980-an stasiun ini ramai juga oleh aktifitas perdagangan setiap pagi.

Kereta api memang sudah lama tidak beroperasi di Solok sekitarnya. Lenguhannya juga tak terdengar ketika mendaki Batu Taba, selepas Danau Singkarak. 

Setidaknya sejak 2003 tidak ada kereta yang menyinggahi stasiun Solok  ini. Para pegawai PT KAI yang dulunya di sini, sekarang bertugas pada berbagai tempat.

Sebelumnya di stasiun ini mampir kereta pengangkut batubara dari Tambang Batubara Ombilin di Sawahlunto. Batubara tersebut dibawa ke Teluk Bayur, Padang untuk selanjutnya diekspor.

Sejak itu, tak ada lagi suara kereta di Solok. Bahkan stasiun itu kini sepi dari manusia. Anak-anak TK atau PAUD yang ingin mengenal kereta api pun tak lagi dibawa ke stasiun ini. Mereka lebih banyak diajak naik kereta api dari Padang ke Pariaman.

Pada 2013-2014, guna menunjang pariwisata Singkarak, Kabupaten Solok, kereta api pernah dihidupkan lagi. Hanya saja tak banyak minat masyarakat menggunakan sarana transportasi tersebut. Masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi pribadi atau sepeda motor.

Akibat tidak banyaknya minat masyarakat, kereta api tersebut kembali mati tegak di stasiun Solok. Ia tak lagi disapa. Ia dibiarkan kehujanan dan kepanasan sendiri hingga berkarat.

Adakah pemerintah mau melakukan inovasi untuk sarana transportasi ini? Misalnya untuk menunjang paket wisata Padang Panjang-Singkarak- Sawahlunto. Ini tentu butuh kajian yang matang lintas daerah. Kasihan kita kereta api yang merupakan bagian sejarah tak terpisahkan di Sumatera Barat. (sawir pribadi)
 
Top