Faktual dan Berintegritas

Ilustrasi.  

    Tahun ini pemerintah kembali membuka lowongan kerja untuk menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS). Tentu saja ini menjadi kabar gembira bagi para pencari kerja di Tanah Air.
    Jutaan pengangguran saat ini memang tengah menunggu pekerjaan yang memadai. Di antara mereka adalah sarjana dari berbagai disiplin ilmu.
    Karenanya adalah tidak berlebihan di setiap adanya pembukaan lowongan kerja menjadi CPNS senantiasa dijubeli pencari kerja. Begitu juga ketika ada job fair, sudah pasti ramai peminat.
    Menjadi PNS adalah idaman hampir semua sarjana dan pencari kerja di negeri ini. Selain sebagai lahan pengabdian, PNS juga menjanjikan hidup dan kehidupan yang nyaman. Sebagai PNS, ada gaji tetap, ada tunjangan dan ada dana pensiun jika sudah uzur.
    Betapa tidak menggiurkan hidup menjadi PNS. Selain gaji pokok, ada sejumlah pendapatan lain dalam bentuk tunjangan, termasuk juga THR dan gaji ke-13 tiap tahun. Makanya, kapan dan di mana pun ada peluang untuk menjadi CPNS selalu ramai.
    Kita tentu mengapresiasi langkah pemerintah membuka lowongan untuk menjadi CPNS tiap tahun. Hanya saja di balik itu semua ada yang senantiasa dirundung duka.
    Mereka adalah para honorer. Salah satunya yang selama ini menjadi tenaga pendidik atau guru.
    Diakui atau tidak, selama ini guru honorer selalu menjadi anak tiri, dan jadi penonton. Saat yang lain berpesta diterima menjadi CPNS, mereka tetap saja menjadi tenaga honorer.
    Ada yang perlu disadari, tugas guru honorer dan guru PNS tak ada bedanya. Bahkan, ada kerja guru honorer yang lebih dari guru-guru PNS, akan tetapi saat PNS terima gaji, mereka hanya jadi penonton. Jika pun mereka diberi uang lelah, barangkali nilainya jauh dari batas logika dan kewajaran. Percaya atau tidak, masih ada guru honorer yang menerima jerih payah Rp300 ribu hingga Rp500 ribu sebulan.
    Yang lebih memiriskan,  di antara tenaga honorer itu ada yang sudah mengabdikan diri di atas lima tahun, bahkan belasan tahun. Lalu, kenapa mereka dibiarkan tetap jadi tenaga honorer?
    Terkait itu, adalah sangat bijak jika pemerintah memprioritaskan tenaga honorer untuk diangkat menjadi  CPNS. Setidaknya jadikan itu sebagai penghargaan dan tanda terima kasih pemerintah kepada mereka yang telah membangun negeri ini.
    Khusus para guru honorer,  mereka telah mencerdaskan anak-anak bangsa. Mungkin di antara murid guru honorer itu adalah pejabat atau anggota dewan sekarang. Lalu, kenapa mereka tetap dibiarkan menghonor?
    Mudah-mudahan penerimaan CPNS tahun ini menjadi tahun yang baik bagi semua tenaga honorer negeri ini. Semoga! (Sawir Pribadi)

 
Top