Faktual dan Berintegritas

Truk-truk yang parkir menghadap SPBU Muaro Kalaban. 

PADANG - Setiap hari hampir seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Sumatera Barat ditunggui truk-truk yang hendak mengisi solar/bio solar. Para sopir rela menunggu berjam-jam sampai tangki distribusi BBM datang.

Sepertinya aneh saja. Truk-truk Antre di SPBU yang tidak ada stok solar. Tentu saja para sopir menunggu di antara ketidak pastian.

Apalagi mereka yang menunggu di daerah kabupaten/Kota yang jauh dari depo Pertamina Teluk Kabung, Padang, jelas tingkat ketidakpastiannya jauh lebih tinggi. Sentana stok di depo Pertamina  tersedia tentulah butuh waktu lama untuk pendistribusian ke setiap SPBU luar kota atau yang ada di daerah kabupaten/kota. Belum lagi adanya potensi gangguan selama dalam perjalanan.

Sopir-sopir truk tak peduli itu. Mereka hanya menunggu solar. Sebab, kehidupan mereka dan keluarga tergantung itu.

"Saya sudah berjam-jam di sini  menunggu solar datang dari Padang," kata seorang sopir truk mengaku bernama Ferdi di SPBU Muaro Kalaban, Kota Sawahlunto  pagi ini.

Ferdi mengaku dari Jakarta hendak ke Padang. Jika ia tak bertahan menunggu solar di Muaro Kalaban, diperkirakan ia kehabisan BBM di perjalanan. Apalagi ia sudah memperkirakan kondisi  di setiap SPBU akan sama, yakni langka solar.

Dengan alasan itu, para sopir truk rela menjadi penjaga di SPBU. Mereka parkir berjam-jam sampai solar datang. Kesempatan itu juga dimanfaatkan sopir untuk istirahat dan tidur.

Risiko menunggu datangnya solar bagi sopir truk adalah kian besarnya pengeluaran. "Kita perlu makan, ngopi dan rokok juga,  Bang. Sedangkan uang jalan tidak bertambah," kata sopir lain mengaku bernama Amril di SPBU Lubuk Seliasih, Kabupaten Solok.

Para sopir tersebut berharap kepada Pertamina untuk mencukupi stok solar pada seluruh SPBU, terutama yang berada di jalur Lintas Sumatera. "Ini sudah luar biasa, seluruh SPBU antre BBM solar," kata Ferdi. (sp)
 
Top