Faktual dan Berintegritas

Zulhendra 
(Mahasiswa Program Studi Hukum 
Universitas Mohammad Natsir)



NEGARA Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Tentunya kita dapat menyatakan hari kemerdekaan pada tanggal tersebut berkat jasa para pahlawan. Salah seorang tokoh yang berasal dari Sumartera Barat, yang mungkin nama beliau jarang terdengar namun memiliki peranan penting juga prestasi bagi bangsa Indonesia.

Mohammad Natsir atau yang lebih kita kenal sebagai Natsir, adalah salah satu tokoh Islam Indonesia yang mendapat gelar Pahlawan saat B.J Habibie menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Apa hal istimewa yang membuat beliau di angkat sebagai pahlawan?, ada beberapa hal yang membuat beliau istimewa, salah satunya ialah beliau selalu berpegang teguh pada prinsip prinsip keislaman dan sangat jelas menentang komunisme. Beliau menjadi idola sebagian kaum muslim pada saat itu, maka tidak heran  jika keharuman nama beliau dikenang sampai saat sekarang.  Sebelum penulis menyampaikan tentang prinsip abadinya, ada baiknya kita mengenal Bapak Mohamaad Natsir. Ibarat Pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Maka Tak Cinta”. Dalam hal ini penulis akan mencoba menyampaikan ringkasan dari Biografi Bapak Mohammad Natsir. Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 dan wafat di Jakarta 6 Februari 1993.  Pendidikan Islam diperolehnya sejak kecil dari orang tua dan lingkungannya.  Pendidikan formal di HIS Solok, MULO (1923-1927), dan AMS di Bandung (1930).  Orang sering mengenal Natsir sebagai tokoh dakwah dan politik. Tetapi, tidak banyak yang mengenal Natsir sebagai seorang tokoh Pendidikan Islam.  Padahal, gagasan dan kiprahnya di bidang ini sangat fenomenal.

Natsir bukan hanya politisi handal. Dia adalah seorang pejuang pendidikan yang layak disejajarkan dengan tokoh-tokoh seperti KH Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara dan sebagainya. Selain amat concern dengan nasib pendidikan rakyat jelata yang tak punya hak pendidikan di masanya, saat menjadi Perdana Menteri, salah satu prestasinya adalah keputusannya bersama menteri agama, Wahid Hasyim, untuk mewajibkan pelajaran agama di sekolah-sekolah umum. Ketika terhalang aktif di dunia politik pun, Natsir terus menumpukan pada dunia pendidikan melalui Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).

Berdasarkan catatan kecil beliau pada saat tinggal di Sumatra Barat, saya sebagai penulis ingin menyampaikan kebiasaan- kebiasaan beliau yang harusnya dapat kita terapkan di kehidupan kita sehari-hari, contohnya pada saat beliau menuntut ilmu di kota Bandung. Kegemaran beliau yang sangat menonjol adalah “membaca”. Pada saat beliau bersekolah di Bandung, perpustakaan umum yang ada di Gedung Sate, menjadi langganan beliau setiap hari setelah  pulang sekolah, target beliau dalam tiga hari, beliau harus sudah selesai membaca satu buku. Sungguh suatu kebiasaan yang bisa di contoh oleh generasi muda kita pada saat sekarang ini, bukan hanya terpaku pada layar gadget dan bermain game, membaca buku dan menggali pengetahuan di dalamnya adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan. 

Di Kota Bandung-lah Pahlawan Mohammad Natsir menemukan jati diri yang sebenarnya. Meskipun sekolah dengan kurikulum Belanda, beliau menaruh perhatian terhadap Islam. Beliau banyak belajar  dari tokoh Islam Ahmad Hassan dan banyak berhubungan dengan H.Agus Salim. Beliau juga menjadi ketua organisasi pemuda Islam yang bernama Jong Islamit Bond Cabang Bandung pada tahun 1928. Teriakan dan aspirasi dari Muhammad Natsir bisa dibaca oleh berbagai kalangan karena beliau berteriak melalui tulisan. Beliau mendirikan suatu majalah yang berjudul “Pembela Islam”, setelah itu beliau mulai bermasalah dengan presiden Soekarno  tentang nilai nilai perjuangan Kemerdekaan, Soekarno menggenggam faham Nasionalisme, sementara Natsir mengusung tentang pentingnya nilai-nilai Islam dalam perjuangan Kemerdekaan. 

Dari tulisan di atas seharusnya generasi penerus bangsa dapar mencontoh hal-hal baik dari Pahlawan Natsir. Berpegang teguh pada prinsip keislaman serta kegemaran beliau dalam membaca dan menimba ilmu. Karena bangsa Indonesia akan maju ditangan generasi muda yang memiliki prinsip serta pemikiran-pemkiran hebat.

 
Top