Faktual dan Berintegritas


KASUS tewasnya Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J dalam sepekan ini menunjukkan perkembangan positif. Sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Salah seorang di antaranya adalah Irjen Ferdy Sambo.

Kontan saja, hasil kerja Tim Khusus (Timsus) yang dibentuk Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk dari keluarga Brigadir J. Betapa tidak, sekitar satu bulan kasus itu berlalu, masyarakat hanya disuguhi oleh ketidakpastian tentang siapa yang menjadi pelaku dan otak dari peristiwa yang terjadi pada 8 Juli lalu tersebut.

Meski sejumlah tersangka sudah ditetapkan dan ditahan, namun penyidikan masih terus dilakukan. Sejumlah pihak masih diminta keterangan oleh penyidik, guna mencari tersangka lain dan motif dari pembunuhan Brigadir J tersebut.

Di lain pihak, masyarakat  terus mengikuti perkembangan kasus itu dari berbagai media, mulai dari televisi, surat kabar hingga media sosial. Yang ditunggu saat ini adalah motif dugaan pembunuhan dimaksud.

Terbaru, tersangka Ferdy Sambo kepada penyidik mengatakan bahwa ia marah dan emosi setelah mendapat laporan dari istrinya, Putri Candrawathi  yang melukai martabat keluarganya dari Brigadir J di Magelang.
Sebelumnya ada pernyataan bahwa penyidik kepolisian tidak akan mengungkap motif dugaan pembunuhan itu kepada masyarakat sekarang, kecuali pada persidangan nanti. Ini dilakukan untuk menjaga perasaan berbagai pihak, antara lain perasaan keluarga korban, keluarga pelaku dan masyarakat.

Agak aneh juga rasanya, jika memang dalam kasus kali ini penyidik berupaya membatasi atau bahkan menutup informasi tentang motif kejahatan kepada masyarakat. Kenapa pada kasus-kasus pembunuhan lain, penyidik dengan ringan membeberkannya kepada masyarakat?

Agaknya langkah menutup informasi tentang motif pembunuhan Brigadir J ini perlu dipikirkan lagi. Sebab, di tengah-tengah masyarakat sejak beberapa waktu belakangan beredar informasi-informasi liar. Bisa jadi, semakin lama, informasi demikian semakin menggila.

Oleh karena itu, agar masyarakat luas tidak berspekulasi dan  tidak mengonsumsi info-info hoaks, alangkah lebih baik disampaikan saja motif pembunuhan itu sebagaimana permintaan Presiden Jokowi agar kasus kematian Brigadir J dibuka secara transparan dan sejelas-jelasnya.

Jika memang motifnya hanya bisa dikonsumsi orang dewasa, tentu polisi lebih pintar mencari bahasa yang pas. Toh selama ini setiap ada kasus yang motifnya berkaitan orang dewasa, mulai dari pelecehan seksual sampai kepada pemerkosaan, semuanya bisa diungkap oleh penyidik tanpa ada protes?

Mudah-mudahan kasus ini menjadi pelajaran paling berharga bagi masyarakat, bahwa apapun alasannya, tidak perlu main hakim sendiri. Serahkan kepada pihak berwajib! (Sawir Pribadi)


 
Top