PADANG -- Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) mengungkapkan ekosistem pembayaran digital di Sumbar menunjukkan lonjakan adopsi yang luar biasa. Hingga September 2025, penggunaan dan jumlah merchant QRIS di wilayah ini berhasil melampaui target yang ditetapkan sepanjang tahun 2025.
Ia menegaskan, peran teknologi sebagai katalis percepatan ekonomi daerah. Pencapaian fantastis ini diungkapkan oleh Deputi Direktur Bank Indonesia Perwakilan Sumbar, Dandy Indarto Seno, dalam acara Capacity Building Media BI Sumbar di Emersia Hotel Batusangkar, Kamis (20/11).
"Data dari BI Sumbar menunjukkan penetrasi QRIS yang sangat agresif, ditandai dengan jumlah merchant QRIS yang telah mencapai 658.439 merchant, sebuah peningkatan signifikan yang setara dengan 144,24 persen dari target tahun 2025," katanya.
Sementara pengguna QRIS juga tumbuh kuat, bertambah 42.874 pengguna dan mencapai 145,88% dari target. Sedangkan volume transaksi sudah menembus 44,09 juta kali, melampaui target dengan capaian 110,59 persen.
Dandy dengan tegas menyebut QRIS sebagai "Game Changer" karena berhasil menyatukan ekosistem pembayaran yang sebelumnya terfragmentasi dan rumit.
"QRIS membuat pembayaran lebih cepat, mudah, aman, dan efisien. Satu kode dapat digunakan banyak aplikasi, sehingga ekosistem semakin inklusif," ujar Dandy.
Melihat kesuksesan adopsi, BI tidak berhenti. Dandy menggarisbawahi upaya untuk mendorong inovasi lanjutan yang akan mengubah wajah transaksi ke depan, antaranya QRIS Cross Border, untuk memfasilitasi transaksi antarnegara, membuka peluang bisnis lokal Sumbar untuk menjangkau pasar internasional.
Selanjutnya, QRIS Tuntas, yakni sebuah terobosan layanan yang memungkinkan bisa tarik tunai, transfer, dan setor menggunakan kode QRIS. Berikutnya QRIS Tap (NFC), yakni integrasi pembayaran berbasis NFC (Near-Field Communication) yang rencananya akan diterapkan pada moda transportasi umum di tahun 2025, membuat perjalanan semakin mulus.
Meski adopsi digital meroket, Dandy mengakui bahwa di tingkat regional, transaksi e-commerce masih didominasi pola pembayaran konvensional seperti COD (Cash on Delivery) dan transfer bank.
Di balik progres yang gemilang, tantangan masih membayangi. Dandy menyoroti temuan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK 2024) yang menunjukkan perlunya penanganan serius terhadap kesenjangan literasi dan inklusi keuangan. Selain itu, penguatan infrastruktur dan interkoneksi antara bank dan non-bank juga menjadi prioritas.
Untuk mengatasi ini, BI terus menggencarkan edukasi perlindungan konsumen melalui program PeKA (Peduli, Kenali, Adukan). (hn/sgl)