Faktual dan Berintegritas


BENCANA hidrometeorologi menerjang Sumatera Barat sejak beberapa hari terakhir. Intensitas curah hujan yang sangat tinggi disebut-sebut menjadi penyebab terjadinya musibah tersebut.

Nyaris tak ada kabupaten dan kota yang tidak dihampiri bencana. Mulai dari banjir, galodo, longsor, pohon tumbang dan lainnya.

Banyak jembatan yang runtuh, rusak berat, jalan putus, rumah hanyut tak berbekas. Harta yang dicari dan dikumpulkan dengan tetesan keringat lenyap dalam seketika. Bahkan banyak jiwa melayang. Innalillahi wainna ilaihi rajiuun!

Bencana seperti yang terjadi sekarang bukanlah yang pertama, melainkan sudah berulang kali. Artinya, sebelum-sebelumnya bencana banjir, longsor hingga galodo sudah telah terjadi. Hanya saja kali ini kejadiannya sungguh luar biasa, hampir di seluruh Sumbar.

Ada ribuan bahkan ratusan ribu jiwa terdampak oleh bencana ini. Mereka semua membutuhkan bantuan. Setidaknya masyarakat terdampak bencana memerlukan bantuan darurat, mulai dari pengisi perut, minum, pakaian, kebutuhan untuk berteduh dan obat-obatan.

Di sinilah diperlukan kehadiran pemerintah. Tak cukup hanya berupa imbauan-imbauan, melainkan wajib turun melihat kondisi masyarakat sesungguhnya.

Dalam kondisi hujan yang tidak reda, masyarakat terdampak bencana, seperti yang kehilangan tempat tinggal atau yang sekadar terendam banjir, masih harus kehujanan. Pakaian yang hanya melekat di badan jelas tidak bisa kering. Dampak berikutnya tentu ancaman berbagai penyakit.

Kehadiran pemerintah dalam situasi sekarang adalah ibarat sitawa sidingin bagi masyarakat, yang terdampak bencana. Setidaknya masyarakat akan merasa masih punya pemerintah.

Bagi pemerintah, terutama kepala daerah, termasuk wakil-wakil rakyat, jangan cuma ‘peduli’ masyarakat di saat-saat mau Pemilu dan Pilkada saja. Jadikanlah rakyat sebagai anggota keluarga, saling membutuhkan dan saling memerlukan. Saat-saat begini, giliran rakyat yang membutuhkan.

Karena itu, sekali lagi, wahai semua kepala daerah di Sumbar dan para wakil rakyat mulai dari kabupaten/kota, provinsi hingga pusat tengoklah masyarakat yang tengah bergelut derita. Tinggalkan dulu kantor, kursi kalian nan empuk dan ulurkan tangan ke bawah. Semoga Allah menjadikan itu sebagai amalan.

Kita juga berharap, bencana ini cepat berlalu, biar masyarakat bisa kembali beraktivitas. Semoga! (Sawir Pribadi)
 
Top