Faktual dan Berintegritas


ANTREAN bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) wilayah Sumatera bukan lagi pemandangan langka. Justru sebaliknya, yang tidak antre yang langka.

Antre kendaraan bermotor pada SPBU sudah lama terjadi. Terkesan pihak-pihak terkait tidak bisa mengatasinya. Pertamina sebagai objek persoalan seakan-akan membiarkan kondisi begitu. Pandangan masyarakat awam, Pertamina seolah-olah tidak punya hati  membiarkan antrean mengular setiap hari.

Walau Pertamina punya hitung-hitungan, rumus-rumus dan segala macam teori lainnya, dugaan dan pandangan masyarakat awam itu ada benarnya juga. Sebab  disadari atau tidak jumlah kendaraan bermotor bertambah setiap saat. Ada dalam bentuk kendaraan baru dan banyak pula berupa kendaraan bekas. Sementara kuota atau jatah BBM di setiap SPBU adakah ditambah. 

Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade menyatakan telah ada tambahan kuota BBM bersubsidi untuk Sumbar 15 persen, tapi dalam kenyataannya, antrean di SPBU kok tidak berkurang. Terutama kendaraan diesel selalu saja memenuhi jalan yang terkadang menimbulkan kemacetan dan mengganggu kepentingan masyarakat banyak.

Jika memang sudah ada penambahan kuota 15 persen dan semua konsumen jujur-jujur saja mengisi kendaraan mereka, tentu tidak akan terjadi lagi antrean panjang di SPBU. Persoalannya, disinyalir banyak pula yang mengisi BBM bersubsidi dalam jumlah tidak wajar dengan menggunakan tangki modifikasi atau ada kendaraan langsir yang BBM-nya diduga dijual lagi ke pihak lain.

Dikarenakan kondisi seperti ini sudah berlangsung lama, tidak bertemu solusi jitu, Andre Rosiade mendesak pemerintah pusat dan Pertamina membentuk satuan tugas (satgas) penegakan hukum guna menindak tegas praktik mafia BBM bersubsidi. Satgas yang dimaksud tentu akan melibatkan berbagai unsur.

Kalau memang ada satgas nantinya, apakah kasus-kasus seperti sekarang akan habis? Mungkin hanya bisa berkurang! Sementara para mafia diduga akan tetap saja beraksi dengan teknik dan taktik lain. 

Berkaca dari kejadian-kejadian yang telah bertahun-tahun dimaksud, yang bisa dikurangi hanya aksi pedagang eceran. Jika dulu mereka pakai jeriken, kemudian dilarang, maka berkuranglah yang membawa jeriken secara terang-terangan ke SPBU, namun pedagang eceran semakin banyak. Bagaimana caranya, mereka pakai tangki mobil bahkan banyak yang sampai memodifikasi tangki kendaraan mereka.

Ini hanyalah salah satu fakta bahwa berbagai taktik bisa dilakukan masyarakat kecil. Nah taktik mafia tentu lebih rapi dan lebih hebat lagi, bukan? 

Karenanya kita berharap, selain satgas, peran pengawasan perlu lebih diperketat. Jangan ada aksi main mata mafia dengan petugas. Semoga! (Sawir Pribadi
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama
 
Top