Faktual dan Berintegritas


PARIAMAN -- Erlina (50), warga Dusun Binasi, Desa Marunggi, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, mendapatkan kejutan, Selasa (11/4) dini hari. Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah tiba-tiba singgah untuk sahur di rumahnya.

Saat pagi buta, rumah Erlina diketuk dari luar. Orangnya ramai, berombongan. Janda ditinggal mati suaminya tersebut tergopoh-gopoh membuka pintu.

"Selamat datang. Masuklah, Pak!"sambutnya begitu membuka pintu dengan logat Minangkabau.

Rumah yang ditempati Erlina ini hasil bantuan gempa 2009. Rumahnya menjadi korban gempa, kemudian mendapat bantuan. Dibangun kembali, dengan material seadanya. Namanya rumah bantuan.

Selama 14 tahun sampai sekarang, Erlina menempati rumah tersebut. Berdindingkan asbes GRC dan atap seng sederhana. Tak luas, hanya sekitar 3x6 meter. Di dalamnya disekat satu ruang untuk kamar tidurnya.

Di rumah itu, Erlina tinggal dengan tiga anak laki-lakinya. Mereka Yogi Kiswara, Riki Martin dan Angga Septia Winata. Semuanya sudah tidak sekolah lagi. Tidak tamat sekolah dasar (SD), beraktivitas sehari-hari melaut.

"Kadang ikut dengan kapal orang, kadang memukat dengan," sebutnya.

Sebenarnya Erlina punya 7 anak, empat laki-laki tiga perempuan. Namun yang lainnya sudah berumah tangga. Ada pula yang merantau, sehingga mereka menempati rumah itu berempat saja.

Erlina selama ini membesarkan anaknya dengan membat rendo (renda). Upah merenda inilah yang diandalkannya untuk memenuhi kebutuhan hari-hari. Kini dia sudah tidak bisa merenda lagi, karena kesulitan untuk melihat.

"Mata sudah tidak menampak," katanya.

Kontan saja kebutuhan hari-harinya dipenuhi dengan hasil melaut anak-anaknya.

Angga Septia Winata atau Rian (21), anaknya yang muda mengaku untuk kebutuhan keluarganya dia harus melaut. Kadang memukat dengan biduk pinjaman, kadang ikut dengan kapal tonda.

"Hasinya tergantung dapat ikan atau tidak. Kalau lagi banyak rezeki, ada bawa uang pulang. Kalau lagi tidak, kosong saja," katanya.

Saudaranya yang lain juga seperti itu jika melaut. Kadang ada rezeki kadang tidak, sehingga kehidupannya seperti itu saja. Untuk makan cukup, tidak pula berubah.


Dibantu

Sudah menjadi agenda Gubernur Mahyeldi setiap tahun pada bulan Ramadhan mengunjungi warga tidak mampu saat sahur. Namanya singgah sahur. Singgah di rumah warga tidak mampu, kemudian sahur di sana.

Semua kebutuhan untuk sahur, sudah disiapkan oleh rombongan. Orang rumah tidak boleh tahu kalau mereka akan dikunjungi. Jadi, ketika didatangi mereka terkejut saja. Seperti dialami oleh Erlina ini.

Erlina, sebenarnya sudah bangun pagi buta itu. Siap-siap masak mie instan. Katanya, untuk pengganti sayur saat sahur. Tiba-tiba rumahnya diketuk dari luar. Ternyata Gubernur Mahyeldi yang datang.

"Terimakasih banyak bantuannya. Tadi sedang siap-siap mau masuk mie instan. Ternyata dibawakan nasi kotak, ndak jadi makan mie," katanya, datar.

Dalam kunjungan itu, Gubernur Mahyeldi menyerahkan bantuan untuk rehab rumah Erlina senilai Rp25 juta dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sumbar. Bantuan itu nantinya akan diserahkan dalam bentuk bahan bangunan.

Sedangkan untuk bantuan usaha, Baznas Sumbar bekerjasama dengan Baznas Pariaman untuk membantu menyediakan alat melaut. Seperti perahu dan alat tangkap.

"Sekarang kita serahkan bantuan dari Baznas Sumbar. Semoga nanti bisa menempati rumah yang lebih layak," kata Mahyeldi, usai mengunjungi rumah Erlina. (ys/sgl)

 
Top