Faktual dan Berintegritas

H. Irwan 

PADANG, SWAPENA -- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Barat diwakili Kepala Bagian Tata Usaha, H. Irwan, menjadi pembicara dalam Program Dialog Sumbar, RRI Pro 1 Padang, Selasa (1/2). Ia mengatakan orang Minang sangat toleran dalam kehidupan sehari-hari. 

Hal itu terbukti dengan terciptanya kedamaian di tengah-tengah masyarakat, meski dihuni oleh beraneka ragam suku, bahasa, agama dan beragam latar belakang.  Ini tidak bisa ditolak dan perbedaan jika dikelola dengan baik akan menjadi rahmat. 

"Tetapi jika salah dalam mengelolanya, ini akan menjadi laknat," katanya.

Irwan tampil secara virtual dari ruang kerjanya, didampingi Sub Koordinator Subbag Ortala dan KUB, Fauqa Nuri Ichsan. Ia mengatakan, bahwa kunci dari semua perbedaan itu adalah toleransi. 

“Untuk memastikan kehdupan yang nyaman, kebersamaan maka berbagai perbedaan  itu harus kita letakkan kata kuncinya adalah toleransi. Prinsip toleransi itu sendiri, saling menghormati, saling menghargai, setuju dalam perbedaan dan selalu berpikir posistif,” ungkapnya.

Kemudian dalam konteks Sumbar, orang Minang itu adalah orang yang sangat toleran. Jika ada yang mengatakan masyarakat Sumbar tidak toleran itu kurang tepat. “Kita punya bukti bahwa orang Minang itu toleran,” tuturnya. 

Pertama,  hampir seluruh penjuru dunia ada orang Minang. Bahkan di pulau terkecilpun ada orang Minang dan ada rumah makan Padang. Di mana pun mereka berada mereka diterima dan mendapat tempat. “Jika masyarakat Minang tidak toleran, mereka akan sulit diterima dan sulit mendapatkan tempat,” tukasnya. 

Kedua, di Sumbar, nama tempat dan nama daerah berasal dari nama suku daerah luar. Ada yang disebut kampung jawa, kampuang kaliang, kampung cina dan kuburan cina. "Ini membuktikan bahwa orang Minang itu orang yang sangat toleran. Orang dari luar Sumbar pun mendapat tempat di sini,” tuturnya . 

Ketiga, dari segi kehidupan beragama tidak ada kita dengar orang agama lain tidak mendapat tempat. Orang berbeda ras mendapat tempat  di Ranah Minang. Bahkan tidak didengar ada bentrokan fisik, pembulian dan lain sebagainya. Sesuai falsafah Minang, adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. 

“Kita adalah masyarakat yang bertoleransi dan menerima perbedaan di Ranah Minang. Ini harus kita rawat terus, kita jaga terus dalam rangka memastikan bahwa tidak hanya Ranah Minang tetapi juga Indonesia secara keseluruhan,” imbuh Irwan. 

Untuk mendukung ini, Kemenag juga sudah melakukan penguatan moderasi beragama menuju tahun toleransi 2022. Sumbar menjadi salah satu pilot project dan role model toleransi yang baik untuk Indonesia. 

“Pada tahun 2021 kemarin Kemenag Sumbar telah melakukan FGD (Focus Group Discussin) bersama tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan terkait tahun toleransi ini. Dilanjutkan dengan sosialisasi moderasi beragama bagi tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan Bhabin Kamtibmas,” terangnya.. 

Sementara, Anggota Komisi V DPRD Sumbar, Mochlasin, mengatakan masyarakat Minang ini bersifat terbuka. Ia juga bangga  dan mengapresiasi kehidupan masyarakat di Sumbar.

“Saya setuju dengan apa yang disampaikan Pak Irwan bahwa bicara toleransi di Sumatera suatu hal yang luar biasa. Sebagaimana tradisi dan ciri khas masyarakat Minangkabau itu merantau dan berdagang. Modalnya adalah pandai berkawan  dan pandai bersahabat sehingga tidak ada sikap yang memilah-milah. Inilah kunci sukses kita sebagai masyarakat perantau,” ungkapnya. (hn)

 
Top