Faktual dan Berintegritas


DI INDONESIA secara umum namanya peniti. Orang kampung saya menyebutnya 'samek'. Tidak diketahui dari nagari mana asal nama itu.

Setahu saya waktu kecil, samek adalah made in China. Di pasar-pasar ia senantiasa dijual berpasangan dengan kapur barus. Entah apa pula sebabnya, keduanya selalu berpasangan, tak ada penelitian soal ini.

Sudahlah! Bagi saya dan juga yang segenerasi, walau kecil dan harganya murah, samek punya banyak manfaat. Ketika kancing atau buah baju lepas, hilang tak tentu semaknya, maka sameklah menjadi alternatif. Yang paling urgen, ketika kancing celana atau kancing rok para perempuan lepas, maka samek yang menjadi pahlawan.

Sejauh apapun lepau atau kedai yang menjual samek, jika kancing celana, atau rok, apalagi resletingnya yang jebol, maka pasti  dibeli ke sana. Bagi yang hidup segenerasi saya, pasti pernah mengalami kondisi demikian.

Selain itu, apabila tali tarompa (sandal) putus, samek juga menjadi pahlawan. Tak ada yang jual, minta sama mak, nenek atau teman perempuan.

Tak kalah pentingnya, samek juga berfungsi pancukia duri. Apabila kaki atau tangan tertusuk duri, pasti buru-buru mencari samek untuk alat mengeluarkannya.

Sebagai tambahan, samek juga bisa mengeluarkan kotoran telinga. Jika pada kondisi lain yang  dipakai adalah ujung runcingnya, maka ketika digunakan membersihkan telinga yang dipakai adalah pangkal samek yang melingkar.

Nah, jangan meremehkan segala sesuatu. Meski kecil dan harga tak seberapa, namun bisa saja menjadi penyelamat dalam hidup dan kehidupan. (sawir pribadi)
 
Top