Faktual dan Berintegritas

Supardi 

PADANG -- Ketua DPRD Sumbar, Supardi mengajak untuk merenungkan brersama, apakah perkembangan Sumbar hari ini sudah berjalan sesuai yang diharapkan atau belum? Semua stakeholder perlu mengevaluasi kembali kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan, apakah sudah sesuai dengan amanat undang-undang atau belum. Baik tentang penanganan permasalahan kemiskinan, soal pendidikan, pemerataan pembangunan, dan lainnya. 

"Harus sampai ke sana kita memaknainya, kita Sumbar sudah sampai mana. Dari sekian banyak provinsi di Indonesia, Sumbar berada dimana?"katanya pada Hari Jadi Sumatera Barat ke-78, Minggu (1/10).

Ia menuturkan, republik ini hampir 70 persennya didirikan oleh orang Minang. Sumbangsih orang Minang dalam pendirian republik ini begitu luar biasa. Ia berharap sukses orang Minang di masa lalu dengan tokoh-tokoh yang begitu dikenal di tingkat nasional dan bahkan dunia tersebut, hendaknya juga bisa tergambar pada saat ini. 

"Artinya, kita tidak ingin Sumatera Barat menjadi provinsi terbelakang. Kalau bisa Sumbar hendaknya sebagai lokomotif dari provinsi-provinsi yang lain. Meski dari jumlah penduduk maupun luas wilayah kita masih kalah dengan Jawa, tapi secara kualitas manusianya, pembangunan, kita harus di atas provinsi lain, karena itu yang dicontohkan para pendahulu kita," katanya. 

Berangkat dari hal itu, tentunya sangat penting bagi semua stakeholder untuk menjadikan momentum peringatan Hari Jadi Sumbar sebagai momen evaluasi atas kebijakan-kebijakan yang telah dilaksanakan. 

Bicara potensi, Sumbar dinilai memiliki banyak keterbatasan baik dari sisi sumber daya alam, industri, maupun dari sisi pariwisata yang masih banyak jauh ketinggalan. Sebab itu, untuk bisa maju Sumbar harus bisa menonjolkan apa yang tak dimiliki daerah lain, sebagai contohnya adalah otak. Sumbar harus bisa menjadi daerah industri otak yang mampu melahirkan orang-orang cerdas seperti yang pernah ada sebelumnya. 

"Sumbar harus bisa memproduksi orang-orang cerdas, bukan pintar ya. Karena menurut saya cerdas dengan pintar itu berbeda. Perguruan tinggi, tiap tahun mampu melahirkan orang pintar, tapi cerdas tidak," katanya. 

Dikatakannya, tokoh-tokoh nasional asal Minang pada masa dahulu yang dikenal dengan kecerdasannya seperti Agus Salim, Mohammad Hatta, M. Natsir, Tan Malaka dan beberapa yang lainnya. Supardi menegaskan, SDM dengan kecerdasan seperti itulah yang mestinya dikejar. 

"Itulah sumber daya yang harus kita kelola yang tidak dimiliki daerah lain. Karena untuk membangkitkan kembali Sumbar kita butuh pemimpin-pemimpin yang cerdas, tidak hanya pemimpin yang pintar," ujar Supardi. (t2)

 
Top