Faktual dan Berintegritas


PADANG -- Pameran naskah kuno (manuskrip) bertema Naskah Tuanku Imam Bonjol, Menuju Memori Kolektif Dunia, menjadi salah satu agenda dalam Festival Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Cultural Heritage Festival (ICHF), yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat di GOR Serban Guna M Yamin, Kota Payakumbuh, Jumat (13/10).

Pameran manuskrip ini menampilkan berbagai koleksi manuskrip Minangkabau yang sudah ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yakni naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol (TIB). Naskah TIB adalah naskah tunggal (codex unicus) yang dipercaya ditulis langsung oleh Tuanku Imam Bonjol (1772 - 1864) dan putranya yang bernama Naali Sutan Caniago selama pengasingannya di Manado.

Secara umum, naskah ini berisi ringkasan sejarah Perang Padri dan Sumatera Barat abad ke-19. Teks dalam naskah tersebut terdiri atas tiga bagian, yakni tentang memoar Tuanku Imam Bonjol dan Naali Sutan Caniago serta notulen dua rapat yang diadakan di dataran tinggi Minangkabau pada 1865 dan 1875. Pesan utama dari naskah TIB ini adalah kesadaran Tuanku Imam Bonjol bahwa egalitarianisme dan perdamaian harus dikedepankan daripada peperangan.

"Manuskrip itu penting karena mengandung banyak informasi dan pengetahuan. Seperti tentang pengobatan, tentang suatu peristiwa, tentang suatu daerah, dan lainnya. Karena itu saya mengajak masyarakat dan siswa mari kunjungi pameran naskah kuno Tuanku Imam Bonjol untuk menambah wawasan kita tentang suatu peradaban," ujar Kadis Kebudayaan Sumbar, Syaifullah saat membuka pameran secara resmi.

Hal senada juga disampaikan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Undri, SS. Menurutnya, keberadaan naskah TIB menunjukkan bahwa Sumbar juga punya dokumen otentik yang besar.

"Saya mengapresiasi stakeholder atas terselenggaranya pameran ini," kata Undri.

Sebelumnya, Direktur Festival WBTB, S Metron Madison, juga menyampaikan peran penting pameran naskah untuk melihat kemajuan suatu peradaban.

"Begitu banyak kisah tentang Tuanku Imam yang belum banyak diketahui publik, misalnya seperti beliau memiliki nasab sebagai keturunan nabi, yang berasal dari Maroko. Dan yang terpenting adalah betapa Tuanku Imam Bonjol memulai pendidikan dari Surau. Surau adalah inkubasi intelektual Minangkabau," ungkap Metron.

Pameran ini akan berlangsung dari 12 hingga 17 Oktober mendatang dan bisa dikunjungi tanpa dipungut bayaran alias gratis. Selain pameran naskah, di lokasi pameran, pengunjung juga bisa belajar membatik secara tradisional langsung dari pembatik. (kmf)

 
Top