Faktual dan Berintegritas


Angkutan kota (angkot) salah satu sarana transportasi umum yang mendukung mobilisasi masyarakat pada suatu kota.

Walau kenyataannya sekarang angkutan kota berupa kendaraan umum roda empat kian terpinggirkan dengan kehadiran sarana transportasi lain, namun di sebagian kota masih bertahan. Salah satu di antara kota yang masih mempertahankan angkutan umum roda empat itu adalah Padang, Sumatera Barat.

Di kota ini, angkot masih menjadi pilihan masyarakat untuk bepergian. Walau usia kendaraan rata-rata sudah tak muda lagi, namun tetap saja diburu warga, terutama para pelajar dan mahasiswa.

Bukan tidak ada angkutan massal lainnya di kota ini. Justru di Padang banyak pilihan, seperti bus kota, taksi umum hingga aneka taksi online dan ojek daring. Hanya saja, angkot masih digandrungi masyarakat.

Ada yang beda pada angkot Padang, dibandingkan dengan angkot-angkot di kota lain. Terutama tampilan, angkot di Padang terlihat nyentrik dan kadang layaknya mobil formula 1.

Rata-rata angkot di Kota Padang dipenuhi stiker pada bodi, mulai dari kaca depan hingga belakang. Bermacam gambar, kata dan kalimat ditempel. Kadang kata yang ditempel ada yang tak dimengerti maknanya oleh masyarakat umum.

Bagi para sopir angkot, yang penting kendaraannya ramai. Kalau tak ramai, penumpang ogah naik, terutama kalangan anak muda yang menjadi segmen utama mereka.

Soal ramai yang dimaksud para sopir angkot, tak hanya ukiran atau stiker di bodi, tetapi juga di dalam. Rata-rata di dalam angkot juga ramai dengan aksesoris, mulai dari boneka-boneka kecil yang digantung sampai sejenis botol-botol bekas minuman yang unik. Biasanya botol bekas minuman impor atau bekas minuman anggur dan lain sebagainya dijejer pada bagian belakang. Banyak juga yang memasang lampu kelap kelip adan aneka warna layaknya lampu di kafe atau tempat hiburan malam.

Belum cukup itu saja, ada lagi yang harus ramai, yakni musik. Rata-rata angkot di Padang punya musik menghentak. Jika hanya musik bisik-bisik saja, maka calon penumpang akan melengah saja.

Sejumlah sopir angkot yang ditanya, untuk mendandani angkot yang mereka sopiri, harus rela merogoh kocek dalam-dalam. Yang paling mahal itu perlengkapan audio. Tak hanya sekadar tape, sound sistem, tapi juga pakai televisi LED ukuran kecil. Modal itu semua ratusan ribu hingga di atas satu juta rupiah.

Jika tidak ramai, calon penumpang tidak naik. Itu pun diakui sejumlah pelajar. Jika angkotnya 'lugu' atau tidak banyak stiker dan tidak punya musik 'mantap' maka mereka tidak mau naik.

Karenanya naik angkot di Padang bagi kebanyakan anak muda dan pelajar, selain alat transportasi juga sebagai hiburan, yakni hiburan mata dan telinga. (sp)
 
Top