Faktual dan Berintegritas

 


PADANG, Swapena - Jengkol, bawang merah, dan kentang menjadi penyebab inflasi di Padang dan Bukittinggi. Ketiga jenis bahan makanan ini, memberi andil inflasi masing-masing sebesar 0,06%, 0,04%, dan 0,04% (mtm).

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat, Wahyu Purnama A, harga jengkol tercatat meningkat didorong oleh peningkatan permintaan. Sebaliknya pasokan terbatas. Komoditas bawang merah juga turut menyumbang inflasi yang disebabkan oleh masih kurangnya pasokan, akibat belum masuknya masa panen di beberapa sentra produksi.

"Sementara kentang mengalami inflasi yang disebabkan oleh terbatasnya pasokan di masyarakat," kata Wahyu Purnama dalam siaran pers BI Sumbar, Selasa (2/2).

Ia mengatakan, selain ketiga bahan makanan tersebut, tembakau juga memberi andil inflasi sebesar 0,16% (mtm). Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi yaitu kelompok penyediaan makanan  dan  minuman/restoran dengan andil inflasi sebesar 0,10% (mtm) yang didorong oleh kenaikan harga nasi dengan lauk.

Kenaikan harga nasi dengan lauk didorong oleh kenaikan harga bahan makanan seperti tahu, ikan tongkol maupun kenaikan harga ikan goreng. Sementara itu kelompok rekreasi, olahraga & budaya juga tercatat mengalami inflasi dengan andil inflasi 0,07% (mtm), disebabkan oleh kenaikan biaya rekreasi antara lain kenaikan harga tiket masuk Museum Adityawarman di Kota Padang.

"Kondisi ini menyebabkan Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Sumbar yakni  Padang dan Bukittingi, tercatat inflasi pada Januari 2021. Ini berdasarkan berita resmi statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS)," tambahnya.

Perkembangan IHK di dua kota tersebut tercatat mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm), atau menurun dibandingkan realisasi Desember 2020 sebesar 0,67% (mtm). Secara spasial, pada Januari 2021 Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm) atau menurun dibandingkan dengan bulan Desember 2020 sebesar 0,71% (mtm).

Realisasi inflasi Kota Padang menjadikannya sebagai kota dengan nilai inflasi terendah (ke-24) dari 24 kabupaten/kota yang mengalami inflasi di Kawasan Sumatera, dan menjadi kota inflasi peringkat ke-63 dari total 75 kabupaten/Kota secara nasional.

Sementara Kota Bukittinggi juga mengalami inflasi sebesar 0,30% (mtm), tercatat lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2020 yang sebesar 0,39% (mtm). Realisasi inflasi Kota Bukittinggi ini menjadikannya sebagai kota dengan nilai inflasi tertinggi ke-21, dari 24 kabupaten/kota yang mengalami inflasi di kawasan Sumatera, dan peringkat ke-39 secara nasional.

Secara tahunan inflasi Januari 2021 tercatat sebesar 1,63% (yoy), menurun jika dibandingkan dengan realisasi Desember 2020 yang sebesar 2,11% (yoy). Sementara secara tahun berjalan sampai dengan Januari 2021 inflasi Sumbar sebesar 0,12% (ytd), juga tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi Januari 2020 yang sebesar 0,60% (ytd).

Inflasi pada Januari tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi dengan nilai deflasi sebesar -0,33% (mtm) yang didorong oleh penurunan tarif angkutan udara sebesar -0,36% (mtm), sejalan dengan normalisasi harga tiket paska libur Natal dan Tahun Baru 2021.

Komoditas pangan lainnya yaitu cabai merah, kangkung, ikan gembolo/ikan suaso dan jeruk tercatat deflasi dengan andil masing-masing sebesar -0,07%, -0,03%, -0,02% dan -0,02%. (*)

 
Top