Faktual dan Berintegritas

PADANG - Angka pasien positif Covid-19 di Sumatera Barat bertambah lagi. Selasa (18/8) terjadi penambahan kasus positif sebanyak 37 orang. Setelah Tanah Datar, Padang kembali berada di urutan pertama pertambahan kasus.

Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Infeksi Universitas Andalas, dr. Andani Eka Putra, mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan dengan perkembangan kasus yang belum turun sejak Idul Adha lalu.

Disebutkannya, positivity rate (PR) Sumbar saat ini naik sekitar 2-3 persen. Angka itu masih di bawah standar WHO 5 persen. Meski begitu katanya Sumbar tetap harus waspada. "Saat ini sedang terjadi adu cepat antara penyebaran dengan testing dan tracing. Jika testing dan tracing menang maka kita bisa atasi.  Jika kalah, positivity rate (PR) akan semakin naik. 

Peningkatan PR akan berkontribusi terhadap kematian. Semakin tinggi PR, kematian akan bertambah. Tanpa tracing dan testing masif, secara teori Sumbar akan masuk zona bahaya, dimana PR akan naik lebih dari 15%. Saat itu kematian nakes akan banyak terjadi," kata dr. Andani dalam Gurp Kawal Covid-19 Sumbar, Selasa (18/8).

Disebutkannya, beberapa kasus positif ditemukan di area wisata dan hotel. Kedua tempat tersebut paling banyak dikunjungi orang luar Sumbar yang menjadi sumber utama penyebaran saat ini. "Saya himbau mari kita periksa secara berkala hotel dan area wisata. Jika tidak mau sebaiknya lockdown saja daerah tersebut. Kita harus tegas dalam hal ini. Mari kita dorong dengan aksi nyata  bahwa semua yang datang dari luar provinsi Sumbar harus diswab. Termasuk orang Sumbar sendiri. Saya sendiri selalu swab saat datang ke Padang," terangnya.

Kemudian, promosi kesehatan dan perbaikan edukasi penting, harus dilakukan dengan nyata. Andani meminta semua pihak terkait jangan hanya beretorika. Sebab penanganan wabah Covid-19 adalah pekerjaan berat, namun jika bersama ini akan bisa dilakukan.

"Jadilah kita pekerja dan bukan pengamat. Kawan-kawan pers mungkin bisa menginformasikan secara masif dalam tiap pemberitaan daerah yang tidak melakukan protokol. Pemerintah mungkin dengan memberikan sanksi, profesional (IDI, PPNI, IBI, Kesmas, MUI, DMI dll) bisa membentuk grup-grup promkes yang masuk ke nagari dan jorong secara langsung.

Ahli Epidemiologi Universitas Andalas (Unand) Padang,  Defriman Djafri, menambahkan pandemi tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Perlu memupuk solidaritas bersama seluruh komponen yang ada. "Kita bergerak bahu-membahu melalukan aksi nyata. Sesuai resources, kompetensi dan keilmuan masing-masing. Ini yang perlu digalang ke depan, pemerintah terdepan menggalang solidaritas," ujarnya.

Disebutkannya, setiap keputusan yg diambil berisiko dan berdampak, perlu pertimbangan dengan matang  "evidence based" yg dinilai secara komprehensif. Seperti perlu beberapa data yang komprehensif, kemudian disandingkan biar benar-benar terukur). Tidak hanya gambaran virusnya tapi juga manusia sebagai host/inang-nya dan kesiapan sistem dalam skenario yang akan dijalankan ke depan.

Klasifikasi ini terang Defriman, akan menjadi fokus dalam upaya pencegahan dan perawatan.Kemudian akuntabitas data menjadi penting saat ini, tentu dengan mempertimbangkan etika dan kepentingan publik. Agar severitas pandemi ini bisa digambarkan dengan jelas. "Data yang komprehensif, memberikan kontrol yang baik. Setiap langkah yang diambil, saling memberikan masukan sesuai kompetensi berbagai aspek keilmuan," ujarnya.

Saat ini, katanya semua pihak perlu menata kembali komunikasi risiko, biar masyarakat tidak gagal paham dan merasa paling paham. Tapi mereka tidak peduli. Pihak berkompeten menjelaskan sesungguhnya Covid-19 ada dan seperti apa upaya pencegahannya. Intervensi dan inovasi dalam peningkatan pengetahuan serta kepedulian terhadap Covid-19, protokol kesehatan dijalankan secara berkelanjutan yang terukur.

"Kemudian, gerakan wajib menggunakan masker dengan benar secara masif perlu kita galakan kembali. Jika ada Perda akan lebih baik dan penegakan hukum diharapkan juga berjalan dengan baik ke depan. Meskipun ada pendapat ini jalan akhir, dengan memahami karakter masyarakat saat ini tentu mungkin ini pilihan yang tepat. Meskipun cara-cara humanis saat ini dianggap tidak efektif. Perubahan perilaku menjadi kunci dalam memutus mata rantai penularan virus," kata dia. (yk/sgl) 

 
Top