Faktual dan Berintegritas


PEMBATASAN Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumatera Barat dimulai hari ini. Tak ada seremoni dan jelas tidak ada upacara-upacara. Karena memang, PSBB itu bukanlah iven atau acara, melainkan salah satu dari sekian banyak upaya yang dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona atau Covid-19 di daerah ini dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Semula, banyak yang ngeri dengan kebijakan PSBB ini. Ada yang berasumsi, PSBB sama dengan mengurung diri di rumah. Pintu rumah dikunci dari dalam. Tidak boleh ke mana-mana. Makanya orang yang berasumsi begini cenderung panik. Maka tidaklah mengherankan jika sehari menjelang penerapan PSBB itu kemarin, banyak swalayan ramai oleh masyarakat berbelanja. Pasar-pasar satelit atau tempat- tempat penjualan kebutuhan dapur juga terlihat lebih banyak pengunjungnya.

Sebaliknya, bagi yang tidak punya uang, bermenung dan berpikir panjang, mau makan apa nanti ketika PSBB itu diterapkan. Jika sehari dua hari, agaknya masih ada persediaan. Sementara durasi PSBB ini 14 hari lamanya. Iya jika dalam masa 14 hari itu mampu menekan angka korban corona, bagaimana kalau sebaliknya? Pemerintah telah punya rencan untuk memperpanjang selama 14 hari lagi.
Harapan satu-satunya adalah bantuan dari pemerintah. Apapun tema bantuannya, yang penting ada beras dan sembako. Hanya saja, sampai satu hari menjelang PSBB kemarin, di antara mereka belum juga melihat tanda-tanda akan tiba bantuan. Lalu, muncul pertanyaan, apakah pengurus RT/RW atau lurah memasukkan nama awak untuk menerima bantuan?

Itu di antara kepanikan dan kegalauan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Yang pasti, beragam pikiran bersileweran di kepala mereka.

Lalu, benarkah PSBB itu harus mengunci diri dalam rumah. Penghuni rumah hanya beringsut dari kasur ke sumur, ke dapur, kembali lagi ke kasur. Tentu jawabannya tidak demikian.

Sebenarnya PSBB itu sebagian telah dilaksanakan masyarakat daerah ini semenjak beberapa waktu belakangan. Masyarakat disuruh di rumah saja untuk beraktivitas. Pelajar dan mahasiswa belajar dalam jaringan (daring). Kemudian Aparatur Sipil Negara (ASN) bekerja dari rumah. Waktu itu, pemerintah menyebutnya dengan Work From Home (WFH), layaknya tidak ada bahasa Indonesia untuk ini.

Lalu, apa bedanya dengan PSBB yang dimulai hari ini? Ibarat bunyi musik, ditambah volumenya. Ibarat kendaraan bermotor ditekan gasnya sedikit biar larinya lebih kencang. Jika kemarin menggunakan versneling atau gigi tiga, maka mulai hari ini dioper ke gigi empat dan lebih ditekan gasnya, biar lebih cepat sampai di tujuan.

Seperti dikatakan tadi, tujuannya adalah untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Dengan beberapa pola yang telah diterapkan selama ini, ternyata kurang mangkus menurunkan korban keganasan virus mematikan itu, bahkan sebaliknya korban kian berjatuhan. Maka, masuk ke pola PSBB.

Salah satu dari sekian tambahan pengaturannya terkait penumpang kendaraan bermotor. Jika selama ini ojek online misalnya masih bisa mengangkut penumpang, maka mulai hari ini tidak boleh lagi. Ojek online hanya diperbolehkan mengangkut barang. Jika selama ini penumpang kendaraan umum dan kendaraan pribadi tidak diatur, maka mulai hari ini tidak bisa bak kata awak saja. Mentang-mentang awak yang punya mobil, namun tidak bisa lagi seenak perut saja memuat penumpang. Semisal kendaraan pribadi jenis sedan, hanya boleh diisi tiga orang dengan sopir. Begitu juga yang punya kendaraan jenis minibus cuma bisa diisi empat orang dengan sopir.

Terus apa lagi?  PSBB akan ada pengawasan ketat dari berbagai pihak terkait. Bahkan ada semacam posko atau check point di sejumlah tempat. Gunanya untuk mengawasi pergerakan orang. Selama ini posko itu cuma ada di batas-batas daerah saja, maka mulai hari ini akan ditemukan pada berbagai lokasi.
Untuk itu, perlu diingat, jika memang tidak teramat penting, janganlah keluar rumah juga.

Pemerintah sudah mengatur, siapa-siapa saja yang diberi dispensasi untuk beraktivitas di luar rumah dan itu pun harus memenuhi berbagai syarat pula, seperti wajib mengenakan masker, berkendaraan seperti disebutkan di atas, menjaga jarak aman, tidak berkerumun dan lain sebagainya.

Lalu, bagaimana dengan balimau menjelang Ramadhan? Tidak usah! Toh itu bukan syariat, hanya tradisi. Bagaimana dengan shalat tarawih dan tadarus Alquran selama Ramadhan? Sementara di rumah saja dulu. Begitu juga dengan shalat-shalat wajib, sementara di rumah saja. Kesemuanya itu sudah ada pengaturannya.

Semuanya ingin kembali menjalani kehidupan normal sebagaimana sebelum wabah corona ini menyerang, bukan? Maka patuhilah anjuran dan arahan pemerintah. Mudah-mudahan PSBB mampu mengusir dan membumihanguskan virus tersebut di bumi pertiwi ini. Selamat memasuki Bulan Ramadhan, maaf lahir dan batin. #DirumahAja! (Sawir Pribadi)
 
Top